#sigapMINUS24jam tatap
muka vs gang senggol
Ruang publik yang hadir tanpa rencana yang matang.
Mengacu pada tata ruang, tata bangunan maupun tata lingkungan dengan seksama.
Penetapan teritorial terbangun bagaimana terintegrasi dengan sistem yang ada. Jarak
antar bangunan kiri-kanan bahkan dengan depannya.
Jalang lingkungan terbetuk dari pola kapling tanah. Tak berarturan
sudah pasti. Bercabang dan model ‘kuldesak’ alias berakhir di beberapa rumah. Penghuninya
dari pekerja atau model serabutan. Motor bukan barang mewah dan kebutuhan utama
transportasi.
Gang senggol itulah namanya. Serba multi. Sebagai jalan
tikus, potong kompas. Belokan bisa 90 derajat, karena mepet sudut
bangunan. Sesama pengguna motor sudah
hafal daerah persimpangan. Tahu diri untuk mengalah, atau memberi jalan lawan
arus. Demi keamanan diberlakukan jam kerja.
Pengguna gang senggol sepertinya itu-itu saja. Pejalan kaki
saat tatap muka, hanya senyum. Ekspresi jiwa justru ditampilkan penghui rumah
yang sedang sibuk di teras rumah tanpa pagar. Risiko bertempat tinggal dengan
alamat gang senggol yang diberi nama. Memudahkan antaran paket.
Manfaat lain, sebagai alternatif jalur jalan kaki sehat,
cepat. Nasib gang senggol tergantung obyek kampanye politik. Semula dengan
perkerasan bahan conblock. Periode lanjutan diaspal.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar