Halaman

Minggu, 15 Desember 2019

raihan kursi pesta demokrasi mbokdé mukiyo, dudu rayahan, bancakan


raihan kursi pesta demokrasi mbokdé mukiyo, dudu rayahan, bancakan

Tatanan sosial tradisional atau kelokalan. Masih belum lekang, tak akan luntur pada masyarakat Indonesia yang plural.  Termasuk teritorial kedaerahan dan keagamaan. Kemajemukan bangsa bukan tanpa risiko, konsekuensi atau dampak berkelanjutan. Penjajahan bangsa oleh bangsa sendiri, karena faktor ekonomi.

Praktik oligarki versi nusantara, karena juara umum pesta demokrasi – pemilu legislatif dan pilpres –  tanpa sungkan memborong semua kursi strategis.  Kendali pemerintahan di tangan kawanan penguasa berupa koalisi, kroni dan sejenisnya. Demokrasi sebagai dasar tata negara, memunculkan

Masalah budaya sepertinya menyebabkan generasi knalpot ramah budaya asing. Ingat musik ngak-ngik-ngok asal Inggris yang direvolusi oleh Orde Lama. Bersamaan perangai, perilaku konsumtif atau asas bahwa tujuan hidup manusia yang mendasar ialah menikmati nikmat dunia sejak dini, sampai ke akar-akarnya.

Kebebasan yang serba bebas, melahirkan manusia bebas di segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Gaya bebas atau sebutan liberalisasi menjadikan perilaku yang berbasis serba boleh. Interaksi antar umat manusia nusantara dalam format  kemajemukan yang serba saling silang, dengan efek serba multi. Gamblangnya, di lapisan mengambang atau kawanan generasi knalpot, berdaya pikir sumbu pendek. Tak pakai mikir. Beda pilihan dalam pilpres adalah lawan yang wajib dimusnahkan.

Perubahan atau amandemen UUD NRI 1945 yang berlangsung baru  sampai empat kali (1999, 2000, 2001, dan 2002),  banyak hal berubah secara drastis dalam sistem bernegara di Indonesia. Tidak otomatis mempengaruhi sistem berpemerintahan. Bukan kebetulan, efek negatifnya malah marak duluan. Maksudnya, belum dirubah saja sudah sedemikiannya. Apalagi.

Eksistensi media sosial sebagai katalisator, akselerator proses interaksi sosial baru. Tanpa batas sekat waktu, bebas jarak ruang, melebihi hubungan sosial langsung yang bersifat tatap muka. Wajar jika ada nalar pengayom masyarakat. Mereka bisa potong kompas berkarier, berprestasi tanpa rekam jejak bak abdi masyarakat. Asal patuh, taat, loyal melaksanakan skenario global dalam pasal jasa rasa aman.

Ruang publik menjadi ajang tarung bebas antar pemangsa segala. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar