ekonomi berkembang vs
politik berlapis
Ramuan, adonan, oplosan adab
berbangsa dan bernegara tak bisa disamaratakan dengan rukun bermasyarakat. Bukti
sederhana, mudah dicerna wong cilik, terdapat frasa “empat pilar berbangsa dan
bernegara”. Pengakuan penggembala Pancasila. Beban berat karena harus
membumikan Pancasila sampai ke akar-akarnya. Bukti ringan, semakin jauh dari
rakyat, berbanding lurus dengan redupnya sila-sila Pancasila. Rahasia umum,
jika ybs paham sila pertama, sebatas mata kaki. Makanya pakai celana cingkrang.
Zaman Orde Lama pernah terjadi “Kabinet
100 Menteri”. Mengadop 100 Kurawa. Tak pakai lama. Jangan lihat nama kabinet. Pastikan
siapa saja atau dominasi dari pihak siapa. Kalau pembangunan nasional menjadi
arwah utama. Dipastikan orang partai kebagian kursi utama. Bermain anggaran
tanpa melanggar asas mufakat untuk tidak mufakat.
Kabinet pelangi karena menampung
alat negara aktif, jelang purna, purnalama atau predikat. Titik temu pada asas
tidak ada makan siang gratis. Mau mangsa tangkapan klas paus, jangan pasang umpan
teri. Tak punya modal utawa biaya politik. Masih ada barter politik. Uang muka
politik bisa nol persen. Diperhitungkan jika ybs sudah berkursi.
Agar tampak bersih diri. Pejabat hasil
pesta demokrasi, tak perlu repot berkorupsi. Asal tepat jasa menjalankan
skenario pemodal. Bisa santai sampai tujuh turunan dan tujuh tanjakan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar