Halaman

Sabtu, 07 Desember 2019

ekonomi berkembang vs politik berlapis


ekonomi berkembang vs politik berlapis

Ramuan, adonan, oplosan adab berbangsa dan bernegara tak bisa disamaratakan dengan rukun bermasyarakat. Bukti sederhana, mudah dicerna wong cilik, terdapat frasa “empat pilar berbangsa dan bernegara”. Pengakuan penggembala Pancasila. Beban berat karena harus membumikan Pancasila sampai ke akar-akarnya. Bukti ringan, semakin jauh dari rakyat, berbanding lurus dengan redupnya sila-sila Pancasila. Rahasia umum, jika ybs paham sila pertama, sebatas mata kaki. Makanya pakai celana cingkrang.

Zaman Orde Lama pernah terjadi “Kabinet 100 Menteri”. Mengadop 100 Kurawa. Tak pakai lama. Jangan lihat nama kabinet. Pastikan siapa saja atau dominasi dari pihak siapa. Kalau pembangunan nasional menjadi arwah utama. Dipastikan orang partai kebagian kursi utama. Bermain anggaran tanpa melanggar asas mufakat untuk tidak mufakat.

Kabinet pelangi karena menampung alat negara aktif, jelang purna, purnalama atau predikat. Titik temu pada asas tidak ada makan siang gratis. Mau mangsa tangkapan klas paus, jangan pasang umpan teri. Tak punya modal utawa biaya politik. Masih ada barter politik. Uang muka politik bisa nol persen. Diperhitungkan jika ybs sudah berkursi.

Agar tampak bersih diri. Pejabat hasil pesta demokrasi, tak perlu repot berkorupsi. Asal tepat jasa menjalankan skenario pemodal. Bisa santai sampai tujuh turunan dan tujuh tanjakan. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar