Halaman

Minggu, 15 Desember 2019

radikalisme untuk merdeka vs premanisme agar kuasa

radikalisme untuk merdeka vs premanisme agar kuasa


Sama-sama berproses demi tujuan masing-masing. Gerakan bebas dari penjajahan bangsa asing, Belanda, bersifat sporadis. Mudah dipatahkan oleh serdadu Belanda dan antek-anteknya. Kerajaan nusantara tak kurang gigih angkat senjata. Perjuangan kedaerahan diatasi Belanda dengan politik adu domba, langsung di lapangan.

Perjuangan di atas kertas sampai diplomasi. Gerakan kebangsaan untuk merdeka menjadi peletak dasar pondasi negara dan demokrasi negara. Gejolak dan pergolakan zaman. Kemerdekaan bukan hadiah, kado  dari Jepang atau bangsa lain maupun sekutu dan atau bangsa asing.

Anak bangsa pribumi nusantaraberguguran demi kemerdekaan, tegaknya tanah air. Tanpa pamrih, ambisi, angan-angan berkuasa atau raih kedudukan. Zaman kemerdekaan dan merdeka cukup sekali. Banyak pihak merasa berjasa. Merasa berhak mendapat warisan 3K (kuasa, kaya, kuat). Struktur pemerintahan sebagai given atau terberi.

Raihan kursi pesta demokrasi, bahkan mulai pilkades adalah rayahan, arisan atau praktik jual beli kursi. Berharap kursi tiban berkat keringat kakek nenek moyang orang pelaut, masyarakat agraris. Sekali nikmat duduk vs duduk nikmat, akan duduk lagi. Duduk lagi. Duduk lagi. Sepasang pantat butut  butuh aneka bentuk dan ukuran kursi.

Gerakan kedaerahan tak cukup diakomodir dengan otonomi daerah. Penambahan provinsi dan atau pembentukan kabupaten/kota anyar dengan dalil pemerataan kursi. Pilkada kian mendaulat dinasti politik berlanjut dan menjelma menjadi pemerintah bayangan. Anggaran demokrasi, biaya politik, politik anggaran vs anggaran politik.

Serangan fajar jelang hari-H coblosan cuma percuma jadi obyek rakyat pemegang hak pilih. Pakai daya jelajah, daya penetrasi memanfaatkan teknologi yang doyan nasi, atau bahan bakarnya Rp atau valas. Praktik gelembung suara menjadi daya tarik partai politik papan atas. Karena berbanding lurus dengan raihan kursi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar