komitmen politik abal-abal vs medsos
nirsosial
Generasi
bau kencur sampai generasi bau tanah. Sedemikan reaktif, responsif melebihi
energi dan daya juang berkemajuan dalam jalur peradaban bangsa. Duduk manis
dimana saja, merasa mampu mendunia liwat ujung jari tangan. Menjadi manusia
berkebutuhan khusus, dengan dukungan alat komunikasi informasi virtual baru
bisa menjadi manusia seutuhnya.
Hubungan
antar individu, interaksi sosial, komunikasi tatap muka, saling tukar pkiran,
curah dan dengar pendapat, menyesuaikan diri dengan laju realitas buatan. Manusia diperbudak,
dikerdilkan nilai kemanusiaan, menjadi domba aduan dengan sesama oleh teknologi
buatan sendiri.
Semakin
produktif mencetak ulang olok-olok politik, menggandakan aneka ujaran pamer
bego diri, menjadi agen aktif penebar dan penabur berita fasik sampai sebagai
penggembala domba aduan. Total jenderal akhirnya namanya tetap manusia secara
ragawi. Apa jadinya jika kawanan makhluk baru ini mempengaruhi adab
bermasyarakat, bahkan menentukan pola kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dunia
menjaga keseimbangan kehidupan manusia, antar manusia, antar bangsa. Ikatan teritorial
bukan lagi menjadi landasan ikatan moral. Sebegitunya, sesampainya kondisi
terkini, teranyarkan. Ingat. Perimbangan di satu pihak seolah memperbanyak “pasal
buatan”.
Kata
bijak wong Jawa, mereka sedang ‘dilulu’, ‘diujo’. Sampai akhirnya berakhir di pangku. Soal dalam
buaian angin surga dari dunia lain. Lain pasal. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar