Halaman

Senin, 09 Desember 2019

servis politik plus-minus, bahasa tubuh vs ekspresi wajah


servis politik plus-minus, bahasa tubuh vs ekspresi wajah

Abaikan definsinya, kata ahli atau model baku. Tampang kriminal bukan jaminan kandungan hati. Jiwa tak identik dengan perawakan, postur, raut tubuh. Lagak garang, saat tampil di panggung, muncul suara keibu-ibuan.

Modal manusia politik di tayangan langsung, bersilat lidah sudah kuno. Oplosan sesuai judul. Modal akting itu baru cerita awal. Otot penggerak senyum beda jumlah dengan pembentuk wajah siap. Sikap tubuh sempurna memang bisa dibentuk, dilatih dengan gemblengan.

Cerminan jiwa religi maupun adab diri bersifat alami. Bangun tidur atau gaya spontan, refleks sebagai daya hati. Bukan berarti yang ‘sumbu pendek’ saja yang mampu jujur, apa adanya vs adanya apa, tanpa sempat merekayasa masukan. Semua ini sifatnya pribadi dengan kepribadian yang masih utuh, murni, belum terkontaminasi. Daya tangkal religi mampu menapis dan menepis serbuan.

Manusia dengan beban kerja. Serta merta pakai topeng pengaman atau berlindung di bawah ketiak. Jangan-jangan, merasa di bawah tekanan asing, langsung tampak berbuat banyak. Kebijakan politik mampu mengaduk-aduk dan atau mengudak-udak persatuan, kesatuan, keutuhan bangsa mulai dari akar rumput.  

Akankah karena antara ideologi dengan idiot-logi, beda tipis. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar