Halaman

Minggu, 29 Desember 2019

meletus balon tetangga, hati diri ini yang kacau

meletus balon tetangga, hati diri ini yang kacau

Adab bertetangga menjadi dasar terbentuknya Rukun Tetangga (RT), pola hidup bermasyarakat. Ajang gaul antar keluarga dalam teritorial praktik berbangsa dan bernegara. Tak terimbas konflik sosial atau menjadi obyek anti-kemapanan pihak tertentu. Beda profesi, beda penghasilan sebagai pemacu dan pemicu rasa iri hati, hasad, dengki, cemburu, sentimen. Ingat pepatah “sirik tanda tak mampu”.

Saking pekanya kuping anak bangsa pribumi nusantara. Terlebih di tahun politik berkelanjutan. Jarum tetangga runtuh, terasa menusuk hati ini. Dianjurkan, jangan sampai aroma irama bau olahan di dapur, menghunjam  lubang hidung tetangga. Bisa menjadi biang konflik, apalagi beda pilihan bumbu dapur.

Dimana bumi dipijak, diinjak, disitulah harga diri kaki. Mata bebas mengembara menilai alam. Rasa syukur muncul belakangan atau otomatis saat lihat pihak lain sedang. Ada orang yang tidak tahu akan ketidaktahuannya. Ada orang yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa.

Banyak orang merasa tahu. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar