meletus balon tetangga,
hati diri ini yang kacau
Adab bertetangga menjadi dasar terbentuknya Rukun
Tetangga (RT), pola hidup bermasyarakat. Ajang gaul antar keluarga dalam
teritorial praktik berbangsa dan bernegara. Tak terimbas konflik sosial atau
menjadi obyek anti-kemapanan pihak tertentu. Beda profesi, beda penghasilan
sebagai pemacu dan pemicu rasa iri hati, hasad, dengki, cemburu, sentimen. Ingat
pepatah “sirik tanda tak mampu”.
Saking pekanya kuping anak bangsa pribumi nusantara. Terlebih
di tahun politik berkelanjutan. Jarum tetangga runtuh, terasa menusuk hati ini.
Dianjurkan, jangan sampai aroma irama bau olahan di dapur, menghunjam lubang hidung tetangga. Bisa menjadi biang
konflik, apalagi beda pilihan bumbu dapur.
Dimana bumi dipijak, diinjak, disitulah harga diri kaki.
Mata bebas mengembara menilai alam. Rasa syukur muncul belakangan atau otomatis
saat lihat pihak lain sedang. Ada orang yang tidak tahu akan ketidaktahuannya. Ada
orang yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu apa-apa.
Banyak orang merasa tahu. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar