menulis tanpa ada “bukti” yang ditulis
Menulis tetapi seolah-olah tidak ada yang ditulis. Tak
ada kesan sudah menulis. Kosong, bahkan tak berbekas. Entah hobi, iseng, bisanya atau tuntutan umur.
Begitu mengakhiri sebuah produk olah kata, terasa lega. Sebagai bahan tayang di
blogspot atau dikirim. Dikirim liwat email, acap lupa judul.
Bikin lega plus, di alenia terakhir, tersirat tema,
judul. Info statistik, berharap “1 jam 1 pemirsa”, abaikan. Terus asah otak agar
tak pikun dini. Jiwa tenang akan memapu menangkap sinyal alam. Ocehan anak
liwat, menjadi sumber inspirasi. Tak perlu
lihat ke atas. Sambil jalan cepat, ikhtiar nyata terukur memperlambat penuaan dini.
Bersyukur bukan karena pernah menulis. Akumulasi ‘pernah
menulis’ bukan jaminan diri layak merasa menjadi penulis. Sama halnya orang
yang gemar buka mulut, tak identik sebagai pembicara. Ahli omong – omdo utawa
omong doang – karena latah. Jurus sumbu pendek. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar