Halaman

Minggu, 29 Desember 2019

menu teguk manusia padat umur, kopi hitam pahit bening dioplos


menu teguk manusia padat umur, kopi hitam pahit bening dioplos

Judul sudah menjelaskan. Kelanjutan terserah peminat. Semua punya pengalaman “pahit”, bahkan nyaris jadi menu harian. Itulah hidup. Belajar dari pengalaman orang lain, lebih praktis daripada malah mengulang kesalahan orang lain. Dengan versi beda, beda-beda tipis. Selama masih doyan nasi. Secuwil kejadian dalam hitungan detik, akan mempengaruhi timbangan amal.

Memanjakan nikmat lidah dengan asupan gizi cair. Model gado-gado, murni tapi campur, aneka sumber berlaga di satu wadah. Semakin cair dan berair, diblender. Hasil akhir, amburadul. Bertambah umur berbanding lurus dengan berkurangnya gigi, memudarnya penglihatan, daya telinga kian sayup.

Kopi bubuk hitam non instan, seduan pertama masih total aroma iramanya. Seduan berikutnya masih tersisa rasa kopi. Selama air tampak hitam, bukti bubuk kopi tulen. Tanpa rasa, warna buatan. Antisipasi dampak minum kopi bagi jantung pelanjut usia. Sekedar rasa kopi. Ampas bisa jadi pupuk.

Kawan setia kopi bernama susu bubuk. Bisa diganti dengan bubuk kedelai, ini baru cerita. Pasal aseli tidaknya bubuk kedelai. Asumsi pakai biji kedelai. Bagaimana proses, bisa mirip instan tanpa ampas atau mengembang. Aman bagi lambung yang sudah banyak makan asam garam kehidupan di dunia.

Tegukan terakhir mengiringi akhir jatah umur dan atau usia umat manusia. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar