Halaman

Kamis, 05 Desember 2019

anak putu idéologis mbokdé mukiyo, dudu idiotlogis


anak putu idéologis mbokdé mukiyo, dudu idiotlogis

Seni pertunjukan olah kata dan tata kalimat. Melihat judul saja, sudah tergambarkan keutuhan. Bisa berupa satu kata atau judul akademis.  Bahasa hukum, satu kalimat karena hindari salah tafsir, multitafsir bisa menjadi satu alinea, paragraf.  Produk hukum tentang sesuatu. Kalimat ‘sesuatu’ bisa butuh waktu eja.

Memperkaya judul dengan dalil ungkapan  idiom, kata majemuk. Serapan kata di masyarakat sedemikian merasuk.  Daya ingat beda dengan daya rekam. Langsung ke contoh yang pengguna akhir masih bebas aktif. Kawanan peolok-olok politik, tahu sebutan berungkapan. Langsung dimanfaatkan untuk semua makian, nistaan.

Lapangan kerja di nusantara begitu sangatnya. Tak ada pengangguran walau modal tangan di bawah, telapak tangan menghadap ke atas. Kembalikan ingatan ke judul. Pertama “kridha lumahing asta, menerima apa adanya vs menerima adanya apa”. Kedua “pendulum politik nusantara, kridha lumahing asta vs pejah gesang ndèrèk panguwasa”.

Gaya bahasa politik enak di mulut. Macam olok-olok politik. Manusia politik wajib punya kamus politik, bahasa politik dan sejenisnya. Penyakit politik nusantara membuat WHO girang. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar