kebutuhan rakyat vs
kepentingan negara
Kian diformalkan, apalagi liwat lembaga pemerintah, kian
tidak titik temu. Mirip legislatif vs eksekutif. Menyangkut moralitas
pelakunya. Sumpah plus janji jabatan tidak dirinci sampai detil. Independensi di
tris politika. Benang merah pada sesama orang partai. Bisa sepakat untuk tidak
sepakat. Atau saling sepakat untuk kapan-kapan.
Apa yang dimaksud dengan “rakyat”, “negara”. Secara teori
yang enak-enak sampai hasil evaluasi dari praktiknya. Maksudnya, hubungan
antara negara yang anggap saja sebagai wadah besar dengan rakyat sebagai subyek
isian.
Kalau ketemunya
adalah negara. Dalam batasan semua rakyat tanpa status sosial, kasta, klas
ekonomi, warna partai, pendidikan formal, sumber kehidupan. Homogen menimbulkan
jenuh dini. Tidak bagi yang berakal. Akal pun juga belum cukup umur untuk masuk
ke dimensi alam berikutnya.
Negara bersama negara tetangga, pakai adab atau rukun bertetangga
antar negara. Nilai tawar nusantara yang mudah ditawar. Ingat, betapa otak manusia
asal nusantara, selalu menembus target lelang di pasar dunia. berkebalikan,
bertolak belakang dengan lelang protipe mulut asli nusantara. Diobral habis-habisan
tetap tak akan habis. Antrian stok mengular sampai periode tak ditentukan.
Asas timbal balik saling menguntungkan. Bahwa rakyat
wajib menyesuaikan diri dengan selera (penyelenggara) negara. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar