Halaman

Minggu, 15 Desember 2019

politisi penggarap vs pemilik partai politik


politisi penggarap vs pemilik partai politik

Bukan kajian. Tak pakai sampel atau bukti aktual, faktual. Kejadian, kapan dan dimana. Tak pakai batasan periode. Fokus ke substansi atau kata kunci. Padahal judul, semua kata kunci. Asumsi sejarah juga bukan. Suka-suka yang menulis. Survei data sekunder, malah dianggap tendensius. Metoda asal enak dicerna mata.

Analog dengan dunia keagrarian nusantara. Banding, sanding, tanding dengan nelayan yang melaut karena. Pakai strategi apa yang melintas langsung diujarkan secara tertulis. Bisa mulai darimana. Aturan baku, asal jangan asal menderetkan kata.

Paket politik menjadikan dua atau lebih pekerja partai tampak sibuk. Koordinasi yang ada adalah masing-masing sbuk dengan permainannya. Kehidupan politik menjadikan tingkah laku manusia politik menjadi serba artifisial, buatan atau robot hidup.

Perilaku politik (political behavior), kalau mau pakai landasan moral, pakai dalil normatif, kapan kerjanya. Sementara itu tuntutan pemanfaatan lahan politik, ukuran jam-jaman. Argo politik berpacu melawan arus peradaban.

Padahal paket politik nusantara Jauh hati dari membangun religiositas, spiritualitas, moralitas, dan keadaban manusia seutuhnya. Perbuatan nirkeadaban, tuna-adab seperti olok-olok politik yang diayomi oleh penguasa. Negara multipartai sampai pada rumusan, semakin berjubel partai politik berbanding lurus dengan anak bangsa pribumi nusantara kehilangan panduan moral dan keadaban.

Jika komitmen kemasyarakatan, adab bermasyarakat susah terbentuk karena beda menu politik. Pratanda, sinyal politik masuk tahap. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar