politisi penggarap vs pemilik partai
politik
Bukan kajian. Tak pakai sampel atau
bukti aktual, faktual. Kejadian, kapan dan dimana. Tak pakai batasan periode. Fokus
ke substansi atau kata kunci. Padahal judul, semua kata kunci. Asumsi sejarah
juga bukan. Suka-suka yang menulis. Survei data sekunder, malah dianggap
tendensius. Metoda asal enak dicerna mata.
Analog dengan dunia keagrarian
nusantara. Banding, sanding, tanding dengan nelayan yang melaut karena. Pakai strategi
apa yang melintas langsung diujarkan secara tertulis. Bisa mulai darimana. Aturan
baku, asal jangan asal menderetkan kata.
Paket politik menjadikan dua atau
lebih pekerja partai tampak sibuk. Koordinasi yang ada adalah masing-masing
sbuk dengan permainannya. Kehidupan politik menjadikan tingkah laku manusia
politik menjadi serba artifisial, buatan atau robot hidup.
Perilaku politik (political behavior), kalau mau pakai
landasan moral, pakai dalil normatif, kapan kerjanya. Sementara itu tuntutan
pemanfaatan lahan politik, ukuran jam-jaman. Argo politik berpacu melawan arus
peradaban.
Padahal
paket politik nusantara Jauh hati dari membangun religiositas, spiritualitas,
moralitas, dan keadaban manusia seutuhnya. Perbuatan nirkeadaban,
tuna-adab seperti olok-olok politik yang diayomi oleh penguasa. Negara multipartai
sampai pada rumusan, semakin berjubel partai politik berbanding lurus dengan anak
bangsa pribumi nusantara kehilangan panduan moral dan keadaban.
Jika komitmen kemasyarakatan, adab
bermasyarakat susah terbentuk karena beda menu politik. Pratanda, sinyal
politik masuk tahap. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar