kerakyatan yang
dipimpin, negara simbol vs simbol negara
Mencari rakyat nusantara. Seperti apa sosok, profil,
tongkrongan maupung tangkringan rakyat. Bagain integral dari pewujud, pengisi,
pendukung, praktik menerus negara agraris. Diperkaya dengan lagu nenek moyangku
orang pelaut. Bagaimana memberlagukan hutan tropis nusantara. Di tangan pihak
lingkungan hidup dan kehutanan.
Aksi sporadis berbasis karhutla, sebagai bukti ringan. Di
pulau lain, masih ada galian alam. Luas lautan sejalan filosofi tol laut. Kandungan
dan isi laut bisa mengalir bebas meliwati teritorial laut. Ketersediaan infrastruktur
buatan dan alam yang menyediakan layanan dasar serta melindungi warga.
Kembali memperkuat alinea pembuka. Bahwasanya rakyat
bukanlah sekedar penduduk asli desa dan atau sebutan lainnya. Lokasi konflik agraria
yang melibatkan semua aktor dari kawanan pemangku kepentingan. Mereka sudah
mapan berdasarkan potensi lokasi dan sumber daya alam. Ketidakberadilan hanya
risiko pembangunan mulai dari nol.
Jangan ditanya, kehidupan kota berjuta rasa dan sengketa.
Betul, karhutlan sebagai bukti pelipur lara, bahwasanya nusantara belum
plontos. Masih ada yang bisa disisir. Keseimbangan tanah-air. Penurunan merata lapisan
muka tanah – land subsidence – menurunnya muka tanah akibat beban
bangunan, rapuhnya tanah dan penyedotan air tanah tanpa mengisi ulang.
Hujan yang seharusnya masuk bumi, pola dan siklus isi
ulang,. Dibiarkan menggerus permukaan, menggores wajah bumi yang terbuka. Ketersedian
jalur air hujan alami maupun buatan, sudah apa daya. Penurunan muka tanah
terutama di wilayah padat bangunan dan padat penduduk (model kumuh kota).
Kondisi bentang alam kawasan terbanguan secara alamiah. Menjadi
faktor penentu lokasi dibanding permukaan air laut. Di bawah permukaan laut. Daerah
tangkapan dan resapan air hujan seolah menjadi tanggung jawab pemerintah lokal.
Rakyat dengan rumah tinggalnya, tak mau becek-becek. Ternyata rakyat. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar