dilema tahun politik
2020, jinak-jinak buaya vs malu-malu serigala
Politik berkepancasilaan hanya ada di nusantara. Asumsi historis,
bahan baku galian dari peri kehdiupan rakyat. Dikemas, diformalkan, dijabarkan,
direvolusikan sampai direformasikan sedemikian habis periode. Masuk tingkatan
sub-sub spesialis. Bedah kata maupun bedah substansi melahirkan sub-sub sila.
Kesepakatan sejarah, nasib Pancasila diserahkan ke tangan
ahlinya. Menjadi bahan pembisik dan atau penguat mental penguasa. Mental politik
harus serba berketahanan tanpa pandang bulu dan jenis usaha lawan politik. Sebangsa,
semitra sosial maupun ungkapan persatuan di setiap lapisan. Tak manjur.
Alat kelengkapan sejarah nusantara masih membutuhkan atau
berharap tanpa harapan. Faktor keberuntungan tanpa terduga, dari arah tak terduga
akan menyapa bangsa ini. Tahap pertama degradasi mental politik tapak dengan
berbanding terbalik beringas politik.
Akselerator, katalisator, dinamisator gejolak politik
hanya berkutat di tempat. Sibuk berbuih-buih, berbusa-busa. Sinyal, efek
karambol, efek domino permainan gelembung suara pesta demokrasi 2019. Skenario politik
berpola “siapa makan siapa” sudah bergulir. Masalah waktu dan sejarah. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar