Halaman

Selasa, 02 Januari 2018

Menjadi Saksi Atas Diri Sendiri



Menjadi Saksi Atas Diri Sendiri

Al-Qur’an menyebutkan pandanan waktu di ayat pertama di beberapa surat, seperti : “Demi fajar,” Al Fajr (fajar), “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang),” Al Lail (malam), “Demi bintang ketika terbenam.” An Najm (bintang), “Demi waktu matahari sepenggalahan naik,” Ad Dhuhaa (waktu matahari sepenggalan naik), dan “Demi masa”,  Al ’Ashr (masa).

Pergantian waktu berdasarkan peredaran matahari, malam dan siang, terjadi terus-menerus,  konstan, dan kontinyu. Berjalan detik demi detik, seiring detak jantung dan denyut nadi kita. Waktu tak pernah mengingkari amanahnya, tak kenal mogok, tak mau ngebut. Waktu memang merupakan bilangan, angka. Membuat deret hitung.

Bagaimana umat Islam menyikapi waktu. Khususnya waktu sekarang.

Al-Qur’an telah menjelaskan bagaimana cara kita mengisi waktu, diuraikan dalam [QS An Nisaa’  (4) : 103] :  Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

Kegiatan manusia untuk urusan dunia didominasi dengan posisi berdiri dan duduk. Sambil fokus ke pekerjaan, hati, jiwa, batin, rohani bisa ingat akan adanya Allah, dengan doa, dzikir, maupun shalawat.

Waktu luang bisa menjadi bumerang bagi umat manusia, kita ingat riwayat dari Ibnu Abbas ra berkata, bersabda Rasulullah SAW : “Dua nikmat Allah yang tertipu olehnya kebanyakan manusia : nikmat sehat dan nikmat waktu luang.” (HR Al-Bukhari)

Terkait muhasabah, evaluasi diri sejak dini, mawas diri, intropkesi, berkaca pada kenyataan, umat Islam tak perlu menunggu akhir tahun. Apalagi terpaku dan terpukau dengan gaya hidup sambut lepas awal dan akhir tahun masehi.

Salah satu upaya nyata bermuhasabah adalah menjadi saksi atas diri sendiri. Kita merujuk penjelasan Al-Qur’an [QS Al Qiyaamah (75) : 14] :  Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri”.

Walau ayat di atas diberlakukan di pengadilan akhirat, namun maksudnya ayat ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia (lidah, tangan dan kaki) menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan di dunia.

Tak salah, selagi hayat masih di kandung badan, berbasis 5 waktu, kita luangkan waktu untuk muhasabah. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar