delik
tahun politik, jaga jarak aman vs jauhkan dari jangkauan sing waras
Konon, tahun politik 2018 menentukan
nasib tahun politik 2019. Jangan heran banyak pihak yang sepertinya
terheran-heran dengan status diri atau status partai yang memang fluktuatif.
Herannya, mereka seperti tak mau
tahu kalau rakyat yang buta politik sudah tidak bisa ditipu hidup-hidup. Sudah
tidak mempan dikadali oleh parpol.
Berkat korporasi penabur dan penebar
fitnah dunia, pengganda ujaran kebencian malah semangkin membuat pemilih pemula
semangkin yakin mana emas, mana Loyang.
Bahkan sudah dengan mudah menerka mana emas 17 karat dan emas sepuhan. Kendati
sang emas dengan label “emas asli”. Ditanggung asli sejak kakek nenek
moyangnya.
Sisa waktu periode 2014-2019,
dipastikan jual beli suara ditentukan skenario, konspirasi investor politik
dari manusia ekonomi. Manusia ekonomi multinasional saja sudah mampu
menjungkirbalikkan logika politik.
Tampilan oknum kepala negara, wakil
rakyat maupun kepala daerah yang nasibnya ditentukan di tahun politik 2018 dan
2019, sudah bukan bak kucing dalam karung.
Kendati tampaknya mereka masih tampil
bagaikan kucing yang lucu atau sedang lucu-lucunya, namun jinak-jinak buaya. Minimal
modal bibir, senyum malu-malu serigala.
Kucing-kucing “di luar karung”,
beraneka warna dan ragam politik. Ada yang antimonotheis sampai yang berasakan
bahwa ideologi tak ada matinya, tak ada surutnya. Ideologi mampu berdaptasi
dengan lingkungan yang bagaimanapun.
Pemanis dinamika tahun politik
adalah peran aktif langsung purna polisi dan militer. Kendaraan politik yang
dipakai, yang jelas-jelas multiguna, multimanfaat. Mampu membawa model apa
saja. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar