Halaman

Senin, 08 Januari 2018

Dilema Pesta Demokrasi, Lomba Panjat Pinang vs Lomba Lari 5 thn



Dilema Pesta Demokrasi, Lomba Panjat Pinang vs Lomba Lari 5 thn


Rakyat dan bangsa Indonesia wajib bersyukur. Betapa tidak, begitu peduli, tanggap, pekanya manusia politik untuk mau berjibaku menjadi penyelenggara negara, pejabar publik, penguasa.

Mereka tahu betul resion yang menantang. Masuk penjara. Tentunya dengan berbagai pasal yang menjeratnya. Semakin canggih modus operandinya, maka kalau Cuma pasal berlapis, tak akan pedang hukum mampu menebasnya. Bisa-bisa penegak hukum, kalah gertak. Kalah wibawa dengan pihak tersangka, terduga bahkan kalau sudah sampai level terdakwa.

Betapa peras keringat manusia politik. Mulai dari mendirikan perusahaan partai politik. Melanjutkan usaha keluarga. Sampai mematut diri, merasa mampu menjadi berdiri paling depan. Menjadi nomer satu.

Ibarat kompetisi sepak bola. Ada yang merangkak dari antar kampong. Menjadi inacaran para pencari bakat. Ikut ajang seleksi pemain. Atau ikut pelatnas jangka panjang.

Di pentas politik, modal nama baik kakek nenek moyangnya menjadi jaminan mutu. Tidak salah kalau politik feodal, dinasti politik mewabah di Nusantara. Secara moral sah-sah saja.

Rakyat dipastikan tidak hanya bersyukur. Kandidat penguasa sudah berani tampil terang-terangan. Bukan bak kucing dalam karung. Jadi, mau tunggu apa lagi. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar