Halaman

Selasa, 16 Januari 2018

Jokowi plus/minus JK, Politik Cerah vs Ekonomi Gerah



Jokowi plus/minus JK, Politik Cerah vs Ekonomi Gerah

Aneh tapi tidak nganehi-nganehi, bilaman apabila ternyata nyatanya nyata-nyata walhasil hanya Bung Karno dan Bung Hatta yang mendapat sebutan dwi-tunggal. Baik sebagai proklamator maupun sebagai Presiden pertama RI dan Wakil Presiden pertama RI.

Soal pecah kongsi, namanya juga politik. Sampai, hingga presiden ke-7 NKRI, malah tidak ada hubungan kedwitunggalannya dengan sang wakil presiden. Hayo, JK sebagai wapres ke berapa.

Pilkada serentak, hanya menampakkan paslon kompak di awal langkah saat tebar pesona dan tabur citra diri. Jika berhasil meraih suara keterpilihan, maka pasca sumpah janji jabatan – plus kontrak politik 5 tahun – maka masing-masing jalan sendiri. Punya PR yang tidak bisa saling contek. Kalau saling adu pasal, kemungkinan terjadi. Apalagi kalau beda partai politik. Walau mungkin satu bandar politik, investor politik.

Rakyat papan bawah, tapi bukan wong cilik, yang sadar diri dengan keyakinan untuk menggunakan hak pilihnya. Mereka sudah tahu mana emas, mana loyang. Mana emas sepuhan, mana menang merek lokal.

Hebatnya manusia politik yang berkeliaran di Nusantara. Semakin betrmasalah, malah semakin “berharga”. Mempunyai nilai jual politik. Minimal mampu menghidupi partai dan mensejahterakan dirinya. Dua peruode memang terasa kurang.

Soal bagaimana sejahteranya rakyat, itu tanggung jawab ybs. Mosok dicekoki, dicéboki terus sampai gedé. Bikin wibawa negara turun derajat. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar