cerdas
ideologi vs pikun politik
Singkat
kata. Kemanfaatan multipartai adalah aspirasi politik rakyat tersalurkan.
Terbukti wakil rakyat seklas oknum Ketua DPR, BS, rekam jejak nikmat dunianya,
tak perlu diperdebatkan. Namanya usaha. Hasilnya terukur dan dapat dinikmati
keluarga ybs.
Bentuk
jamaknya, adalah kalau mau miskin jangan berjuang di jalur ideologi.
Konflik
politik di Nusantara sudah bisa diredam sedini mungkin. Memasuki tahun politik
2018, politik adalah panglima dan sisanya ada yang mendaulat sebagai agama.
Minimal aliran kepercayaan yang mampu mewujudkan cita-cita untuk menjadi
penganut aktif berhala reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa).
Semangkin
lama, semangkin tinggi manusia politik menentukan nasibnya, maka akan
berbanding lurus dengan pertambahan daya pikun politiknya.
Kalau
sudah duduk lupa berdiri, pariwara jadul. Diperbarui disesuaikan dengan kemajuan
peradaban zaman menjadi walau sudah tidak duduk, lupa kalau sudah berdiri. Tak
bisa melihat kursi kosong. Panggilan kaki yang selalu mengajak ke istana.
Ironis
binti miris, tak téga jika kursi dipakai oleh bukan kelompoknya. Makanya,
langkah politiknya serba mégatéga. Mulai serigala berbulu domba. Serigala mengelus-elus
buaya. Semua modus, rekayasa menjadi konstitusional. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar