pro-hoaks vs generasi
GFB (gagap fitnah bukan)
Ironis binti miris, di periode
2014-2019, presiden merangkap jabatan sebagai tukang propaganda pro-pemerintah.
Bantuan perpanjangan mulut si Kantor Staf Presiden, maka disimpulkan tanpa
hasil survei, kajian akademis, ujaran relawan dan kawanan loyalis, atau studi
banding ke luar negeri. Disebutkan bahwa terdapat tiga hoaks yang menjadi
langganan presiden, yaitu anti-Islam, prokomunis, dan pro-Cina.
Tak perlu diperdebatkan. Sudah jelas
abang-ijoné parpol
pengusung Jokowi plus/minus JK.
Istilah hoax utawa hoak,
semangkin menjadi menu politik, beriringan dengan penyebutan nama makhluk ahox
(plesetan dari ahok, yang mana dimana orang muak, mual, nek banget lantas
bilang “hoèèèk”). Ingat semboyan jadul “tak è-èk ya”.
Betapa nistanya karena ada generasi
muda - tapi cepat matang nafsu syahwatnya – yang alergi dengan istilah ‘pribumi’.
Dengan cerdasnya ysb berdalih sebagai bentuk diskriminasi atau zaman now
masuk kategori politik identitas.
Tak salah jikalau sekarang ini
sedang marak politik pundi atau politik pundi-pundi secara koalisi. Pundi bukan
hanya dalam pengertian bahasa Jawa, yang arti “endi”. Lengkapnya, “sing endi”
alias yang mana.
Kalau istilah atau lema pundi-pundi, sepertinya
di kamus dan bahasa politik, tidak perlu dijelaskan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar