ketika
jiwa tanpa merasa bersalah sepeserpun
Jika kita terburu-buru, mengejar
waktu, takut terlambat atau sudah kebelet mau ke belakang. Seolah semua rintangan
mudah diatasi. Babakan kehidupan terasa nyata di tangan, tinggal dilakoni.
Kehidupan harian yang memang
tipikal, mulai dari subuh hingga subuh, menjadikan kita menjadi bijak. Sensitif
soal waktu.
Akhirnya anak manusia terjebak di
antara dua kutub menunggu waktu vs kehabisan waktu.
Jangan bilang-bilang kepada pihak
manapun. Betapa orang yang keburu nafsu, seolah mendapat tenaga ekstra, mempunyai
nyali di atas rata-rata, memiliki energi berlipat, menggenggam semangat tanpa
batas. Jantung berdebar tak normal, tak dirasakan.
Apalagi, katanya, manusia politik
memang selalu diburu waktu agar sukses segera di tangan. Tetapi kehabisan waktu
untuk melunasi janji politik. Termasuk kontrak politik dengan cukong, bandar, investor politik.
Kesibukan berbangsa dan bernegara
manusia politik, dalam skala 24 jam, memang sarat, padat dengan permainan
waktu. Asupan ideologi menjadikan manusia politik tahan banting dan tahan
segala cuaca.
Akhirnya, mereka sendiri tak tahu
sedang mementaskan peran apa. Skenario berlapis selalu menunggu setiap waktu. Tanpa
kompromi. Makanya semua pasal modus menjadi konstitusional dalam kemasan
politik.
Banyak pihak yang menari di atas
bangkai rakyat. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar