Halaman

Rabu, 03 Januari 2018

ketika jiwa tanpa merasa bersalah sepeserpun



ketika jiwa tanpa merasa bersalah sepeserpun

Jika kita terburu-buru, mengejar waktu, takut terlambat atau sudah kebelet mau ke belakang. Seolah semua rintangan mudah diatasi. Babakan kehidupan terasa nyata di tangan, tinggal dilakoni.

Kehidupan harian yang memang tipikal, mulai dari subuh hingga subuh, menjadikan kita menjadi bijak. Sensitif soal waktu.

Akhirnya anak manusia terjebak di antara dua kutub menunggu waktu vs kehabisan waktu.

Jangan bilang-bilang kepada pihak manapun. Betapa orang yang keburu nafsu, seolah mendapat tenaga ekstra, mempunyai nyali di atas rata-rata, memiliki energi berlipat, menggenggam semangat tanpa batas. Jantung berdebar tak normal, tak dirasakan.

Apalagi, katanya, manusia politik memang selalu diburu waktu agar sukses segera di tangan. Tetapi kehabisan waktu untuk melunasi janji politik. Termasuk kontrak politik dengan cukong,  bandar, investor politik.

Kesibukan berbangsa dan bernegara manusia politik, dalam skala 24 jam, memang sarat, padat dengan permainan waktu. Asupan ideologi menjadikan manusia politik tahan banting dan tahan segala cuaca.

Akhirnya, mereka sendiri tak tahu sedang mementaskan peran apa. Skenario berlapis selalu menunggu setiap waktu. Tanpa kompromi. Makanya semua pasal modus menjadi konstitusional dalam kemasan politik.

Banyak pihak yang menari di atas bangkai rakyat. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar