Halaman

Selasa, 23 Januari 2018

Anomali Gotong Royong dan Persatuan Indonesia



Anomali Gotong Royong dan Persatuan Indonesia

Hukum berbanding lurus dan/atau hukum berbanding terbalik terjadi dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.

Konon, jika kontribusi, kiprah, kinerja nyata anak bangsa – dalam bentuk gotong royong dan/atau persatuan Indonesia – maka beban hidup bangsa bisa diatasi bersama dalam waktu tertentu. Minimal sesuai rencana dan tidak mulur.

Ironis binti miris, justru semakin banyak anak bangsa, putera-puteri asli daerah, kaum pribumi dan bumiputera serta anak cucu ideologis ikut andil, malah masalahn bangsa semangkin bertumpuk.

Semakin banyak partai politik, semakin menjadi-jadi wakil rakyat, semakin daerah dimekarkan, semakin melimpah hak penyelenggara negara, pejabat publik, penguasa maka masalah bangsa menurun masuk ke wilayah problema keluarga atau urusan dapur rumah tangga.

Wajar jika beras harus impor. Ditambah sembako agar mengenyangkan rakyat, wajib impor. Usahakan agar pengusaha pro-pemerintah jangan sampai hanya berpangku tangan. Walau praktiknya, tetap ongkang-ongkang, duduk manis goyang kaki, bisnis jalan terus. Karena Faktor-xxx.

Lupa kawan, selain tertera wakil rakyat, terdapat pula barisan wakil daerah atau Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Sehingga aspirasi daerah provinsi bisa sampai ke permukaan nasional.

Hebat keliwat-liwat, ketika kasus bangsa malah semakin dibongkar demi hukum, malah semakin kuat mengakar. Seolah aparat penegak hukum melawan dirinya sendiri.

Semakin kuat, kaya, kuasa penguasa maka dipastikan masalah bangsa dan rakyat Indonesia akan semakin meluas, melebar, menjulang tinggi. Yang masih tampak adalah saat berebut kue nasional.[HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar