komoditas
tahun politik, harga cabai vs harga kursi
Segitiga setan : harta, takhta, jelita. Menjadikan anak bangsa,
putera puteri asli daerah, pribumi, sanggup melakukan apa saja untuk meraihnya,
menadahnya atau saling berebut bak lomba panjat pinang. Modus, rekayasa sampai
pasal konstitusional hasil kolaborasi, kolusi, koalisi, kong kaling kong antara
penguasa dan pengusaha menjadi daya dorong kebatinan.
Bagi kaum hawa, maka tetap ada
incaran obyek vital : harta, harta, harta ditambah mahkota, takhta.
Secara umum ruang gerak manusia
politik semangkin terstruktur dan sesuai skenario berlapis besutan manusia
ekonomi.
Akhirnya daya juang yang tersisa
adalah menunggu jatuh tempo. Sambil menghitung hari, ada yang menungu wangsit. Bagi
yang berharap, beringin lanjut ke periode kedua atau terakhir, menunggu durian
runtuh.
Parpol yang kehabisan stok kader,
tak malu-malu lempar handuk. Mendukung tokoh yang nilai jualnya melegenda.
Kalkulasi politik hanya sebatas
mengotak-atik tim dengan pemain lama. Rakyat sudah tahu bagimana skor akhir. Rakyat
dengan santai menebak siapa saja yang akan masuk babak final. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar