Swafoto
dan Tahiyat Akhir
Nyaris disimpulkan anak manusia
semua golongan yang ada di NKRI jika melakukan tindak swafoto hanya sekedar
iseng. Iseng-iseng berhadiah. Minimal ingin tahu wajah aselinya yang terekan
alat foto di HP-nya. Mungkin.
Kalau saya berswafoto, khususnya
dari samping karena ingin melihat tampak samping postur tubuh. Apakah ada
kelainan fisik atau pratanda yang bisa dilihat mata foto.
Ternyata, nyatanya, dari sekian pose
yang terekam dapat disimpulkan sementara. Pundak ke atas seperti tidak rata
atau sedikit membungkuk ke depan. Apalagi foto pakai kaos oblong. Entah penyebabnya apa.kalau usia memang bisa
jadi alasan utama.
Padahal ciri manusia adalah makhluk
yang berjala tegap dengan dua kakinya. Tangan melambai. Berayun.
Ketika bercermin, semakin
membuktikan bahwa memang ia tubuh saya seperti dalam foto.
Bertanyalah diriku kepada isteriku
untuk memastikan keabsahan foto. Isteriku menjelaskan sambil menunjuk anggota
badan yang tampak melengkung.
Agar lebih yakin, kubaringkan diriku
di atas lantai. Pundak tidak bisa rata dengan lantai, kurentangkan tangan.
Sepertinya regangan tangan tidak melekat rata dengan lantai. Akhirnya saya
mempunyai PR. Bagaimana caranya membuat punggung/pundak rata-rata lantai.
Mengandalkan gerakan sholat. Terapi
gerakan sholat yang benar dan baik.
Mulai dari posisi berdiri, gerakan
takbiratul ikrom, sedekap, rukuk, I’tidal setelah rukuk, meletakkan lutut
hendak sujud, cara sujud, duduk di antara dua sujud, duduk tahiyat awal maupun
tahiyat akhir sampai salam usai tahiyat akhir.
Semua gerakan kulakukan dengan tuma’ninah.
Tertib, tidak tergesa-gesa diiringi irama nafas sesuai rukun sholat.
Selain rukun sholat, terkadang
kulakukan senam tangan. Tangan direntangkan lurus horizontal ke samping kanan
dan kiri. Telapak tangan menghadap ke depan. Gerakan tangan ke belakang sampai
dada terbuka. Lakukan disertai olah nafas. Bisa dilakukan sambil jalan kaki. Soal
hitungan, terserah diriku.
Kembali ke rukun sholat. Usai bawa
tahiyat akhir, jaga badan tetap tegak. Waktu salam ke kanan usahakan badan
tetap, tidak ikut berputar. Kepala menoleh ke kanan 900 (90
derajat). Seperti cara Rasulullah salam sehingga pipi terlihat oleh jamaah di
belakangnya. Idem dengan salam ke kiri.
Selain sholat fardhu 5 waktu, kutambah dengan sholat sunah. Bukan kejar jumlah salam.
Dari hasil swafoto tampak ada
perubahan. Bahkan swafoto setahun yang lalu, tampak nyata bedanya. Punggung tampak
rata. Cek dengan bercermin. Tanya ke isteriku.
Agar lebih yakin diri, berbaring di
lantai. Terasa punggung pundak seperti sudah menempel rata dengan lantai. Alhamdulillah.
Belum kuukur apakah aku bertambah
tinggi. Atau kaos terasa sesak. Kalau saat berbaring, rebahan diukur itu namanya panjang. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar