Halaman

Rabu, 10 Januari 2018

Swafoto dan Tahiyat Akhir




Swafoto dan Tahiyat Akhir


Nyaris disimpulkan anak manusia semua golongan yang ada di NKRI jika melakukan tindak swafoto hanya sekedar iseng. Iseng-iseng berhadiah. Minimal ingin tahu wajah aselinya yang terekan alat foto di HP-nya. Mungkin.

Kalau saya berswafoto, khususnya dari samping karena ingin melihat tampak samping postur tubuh. Apakah ada kelainan fisik atau pratanda yang bisa dilihat mata foto.

Ternyata, nyatanya, dari sekian pose yang terekam dapat disimpulkan sementara. Pundak ke atas seperti tidak rata atau sedikit membungkuk ke depan. Apalagi foto pakai kaos oblong. Entah penyebabnya apa.kalau usia memang bisa jadi alasan utama.

Padahal ciri manusia adalah makhluk yang berjala tegap dengan dua kakinya. Tangan melambai. Berayun.

Ketika bercermin, semakin membuktikan bahwa memang ia tubuh saya seperti dalam foto.

Bertanyalah diriku kepada isteriku untuk memastikan keabsahan foto. Isteriku menjelaskan sambil menunjuk anggota badan yang tampak melengkung.

Agar lebih yakin, kubaringkan diriku di atas lantai. Pundak tidak bisa rata dengan lantai, kurentangkan tangan. Sepertinya regangan tangan tidak melekat rata dengan lantai. Akhirnya saya mempunyai PR. Bagaimana caranya membuat punggung/pundak rata-rata lantai.

Mengandalkan gerakan sholat. Terapi gerakan sholat yang benar dan baik.

Mulai dari posisi berdiri, gerakan takbiratul ikrom, sedekap, rukuk, I’tidal setelah rukuk, meletakkan lutut hendak sujud, cara sujud, duduk di antara dua sujud, duduk tahiyat awal maupun tahiyat akhir sampai salam usai tahiyat akhir.

Semua gerakan kulakukan dengan tuma’ninah. Tertib, tidak tergesa-gesa diiringi irama nafas sesuai rukun sholat.

Selain rukun sholat, terkadang kulakukan senam tangan. Tangan direntangkan lurus horizontal ke samping kanan dan kiri. Telapak tangan menghadap ke depan. Gerakan tangan ke belakang sampai dada terbuka. Lakukan disertai olah nafas. Bisa dilakukan sambil jalan kaki. Soal hitungan, terserah diriku.

Kembali ke rukun sholat. Usai bawa tahiyat akhir, jaga badan tetap tegak. Waktu salam ke kanan usahakan badan tetap, tidak ikut berputar. Kepala menoleh ke kanan 900 (90 derajat). Seperti cara Rasulullah salam sehingga pipi terlihat oleh jamaah di belakangnya. Idem dengan salam ke kiri.

Selain sholat fardhu 5  waktu, kutambah dengan sholat sunah.  Bukan kejar jumlah salam.

Dari hasil swafoto tampak ada perubahan. Bahkan swafoto setahun yang lalu, tampak nyata bedanya. Punggung tampak rata. Cek dengan bercermin. Tanya ke isteriku.

Agar lebih yakin diri, berbaring di lantai. Terasa punggung pundak seperti sudah menempel rata dengan lantai. Alhamdulillah.

Belum kuukur apakah aku bertambah tinggi. Atau kaos terasa sesak. Kalau saat berbaring, rebahan diukur itu namanya panjang. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar