Halaman

Minggu, 14 Januari 2018

Wong Jawa Moro, Wong Jawa Teko



Wong Jawa Moro, Wong Jawa Teko

Bangsa dan rakyat Indonesia selalu berharap adanya perubahan, mulai dari atas sesuai sistem demokrasi. Tak disangka, sistem demokrasi yang laku, laris manis adalah justru siapa banyak suara, akan menang.

Hukum ekonomi mendominasi akal, logika, nalar, daya pikir manusia politik.

Singkat kata, di pilpres 2019, Indonesia wajib menemukan sosok  baru figur anyar presiden ke-8. Karena terbukti di periode 2014-2019 terjadilah jati ketlusuban ruyung = kumpulané wong becik kelebon wong ala.

Kalkulasi politik sudah membuktikan bahwa asas “noto negoro” tak berlaku untuk menerawang syarat utama bakal calon presiden dan/atau wakil presiden.

Masyarakat sudah tak berharap datangnya Satria Piningit. Karena banyak pihak merasa dapat wangsit. Sudah tak peduli dengan wahyu akan jatuh di tangan siapa. Karena di zaman now ini, “wong ala” adalah mereka yang kuasa, kuat, kaya.
 
Politik juga tidak memilah dan memilih pribumi asli. Asal punya uang, ada sponsor, bagian integral dari investor politik multi nasional maupun apalagi mancanegara.

Jadi, siapa saja, dengan dukungan pemain lama, wajah baru yang betul-betul baru dan asing bagi rakyat, dimungkinkan akan muncul.

Rakyat tinggal berdoa, mohon yang terbaik untuk bangsa ini. Jangan sampai “wong ala” bisa dimana saja, bisa siapa saja. Siapa yang akan memangku Ibu Pertiwi? [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar