Halaman

Selasa, 23 Januari 2018

Interaksi Pasif Manusia Dengan Iblis



Interaksi Pasif Manusia Dengan Iblis

Hubungan antar manusia, interaksi manusia sebagai makhluk sosial dalam format norma sosial terjadi perokok pasif. Manusia bebas atau freeman yang tenar dengan sebutan preman, memang bebas untuk berbuat apa saja.

Larangan terhadap preman untuk tida merokok, sama artinya mematikan pemilik tanaman tembakau. Walau HET sebatang rokok masih terjangkau kantong anak ingusan, dalam dalam skala lokal bisa menghasilkan profesi pengusaha.

Salah satu oarng super-kaya Indonesia berkat sebagai pengusaha rokok.

Di bidang lain, aspek kesehatan, media, dunia kedokteran, ilmu pengetahuan farmasi bisa berpacu melawan berbagai jenis penyakit akibat polusi asap rokok. Karena perokok aktif masih dikategorikan sehat jiwa raga.

Dimanapun, kapanpun, perokok aktif akan tetap melakukan aktivitasnya. Bahkan mereka bisa tahan lapar, tetapi sulit untuk puasa tidak merokok.

Godaan iblis terhadap umat manusia memang sesuai kontrak iblis dengan Allah swt. Iblis mampu membelokkan akidah umat Islam. Jauh sebelumnya, iblis mampu menuntun umat manusia untuk membuat agama baru.

Bayangkan, iblis zaman sebelum nabi Adam diciptakan oleh Allah swt, tentu dengan rekan jejak. Manusia zaman sekarang, dipastikan selalu akan kewalahan. Keculai orang-orang beriman dan selalu berjalan di jalan-Nya.

Kebebasan yang serba bebas, menjadikan iblis mudah dalam melaksanakan aksinya. Iblis tidak langsung ke manusia ybs. Tetapi bisa melalui manusia yang bisa mempengaruhi manusia sasarannya. Seolah iblis mempunyai kontak person dengan manusia.

Di pihak lain, ada kalangan orang dan/atau manusia yang seolah menunggu rayuan iblis. Agar nyalinya berlipat. Tentunya kalau ada anak manusia yang melalukan tindak pidana korupsi, belum tentu akibat bujuk rayu iblis. Hanya salah lokasi dan waktu.

Manusia cerdas tahu betul apa saja modus, rekayasa iblis. Mereka lebih gemar menengarai ini-itu sebagai tangan iblis. Namun lupa bagimana menangkalnya.

Saking lihainya, melihat orang bersin sampai terpingkal, langsung didaulat sedang kerasukan iblis. Melihat wajah orang lain yang sedang tidak gembira, serta merta dicap kurang dekat dengan tuhan. Artinya, iblis sedang merajai hatinya.

Banyak makhluk manusia yang tanpa sapa, senyum, salam namun dengan enteng bisa menebak isi hati orang lain. Bahkan memvonisnya yang serba terkait dengan ulah iblis.

Jadi, seberapa jauh, besar, tinggi kepasifan kita. Di tempat keramaian maupu di tempat hening, senyap tanpa kata.

Iblis hanya bingung di panggung, syahwat, industri politik Nusantara. Tanpa gosokan iblis, antar manusia politik sudah kesetanan, saling gesek, gasak. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar