kalau mau kaya,
jangan menjadi petugas partai
Kita awali dengan mengucap
Basmallah dan guman rasa syukur, atas nikmat usia yang masih bisa kita nikmati.
Jika pas saya bisa ke masjid
untuk sholat subuh, maka ada beberapa profesi yang sudah sibuk.
Pertama, petugas keamanan RT. Tiap
jam pukul tiang listrik sebagai tanda kehadirannya. Ada gardu jaga, terkadang
jadi tempat kumpul hansip RT lain. Hasnip RT jaga khusus di malam hari. Pukul 19:00
– 03:00 satu orang dan pukul 22:00 – 06:00 satu orang.
Kedua, petugas kebersihan yang
pilah dan pilih isi bak sampah rumah tangga. Tepatnya profesi pemulung. Termasuk
barang terbuang di jalan, menjadi sasaran. Mereka mempunyai wilayah kerja,
daerah operasi. Pemulung sepertinya “bersaing” dengan kucing, anjing, tikus yang membongkar bungkusan
platik kresek isi sampah.
Ketiga. Rute ke masjid memang
banyak pilihan. untuk ganti suasana. Sudah ada kesibukan di dapur. Bagi ibu
rumah tangga, atau yang punya usaha keluarga, sudah sibuk diri. Kebanyakan cucu
dari kepala keluarga, yang masih sekolah, pagi buta sudah harus bangun.
Selain ketiga profesi di atas,
sesekali jumpa dengan pedagang makanan jual malam hari yang pulang.
Masih pakai lampu, banyak motor
dan/atau mobil yang sudah bergerak. Jika penghuni bergerak ke luar. Maka jalan
di kompleks kami sibuk dengan pelintas. Mulai anak SD yang sudah naik motor. Pedagang,
penjaja makanan sudah mulai tampil.
Ini kisah, baru menyuarakan skala
lingkungan, 1 RW dengan 14 RT. Kalau mau menyoal bagaimana kalau satu kelurahan
dengan beberapa RW. Terus meningkat, sampai tingkat negara.
Pertanyaan mendasar, profesi
seperti apa yang sibuk di saat orang sedang tidak sibuk.
Menjadi ciri kota besar. Di malam
hari ada kehidupan lain. Bahkan gegap gempita pemerintah malam hari, bisa
menentukan jalannya roda pemerintah siang hari.
Kebijakan pemerintah, bisa tak
bisa, dipengaruhi oleh suara hati manusia malam hari. Yang mungkin karena
dihadiri oleh berbagai jenis manusia. salah satu agenda rutin, yaitu
mengevaluasi kejadian hari ini.
Mereka sudah tahu, kalau ada mata
dan telinga yang gemar menyadap.
Apakah ada benang merah antara
pemerintah malam hari dengan pemerintah resmi yang punya jam kerja formal.
Kabinet malam hari, di siang hari
rangkap jabatan jadi orang penting di belakang layar, di balik layar. Sebagai aktor
intelektual sebagai sutradara penentu nasib. Tangan tak terlihat. Kalau terlihat,
jelas mempunyai ilmu kebal.
Rakyat, walau ada yang jadi
bagian kehidupan malam hari, hanya sebatas dengan profesi dan kepengetahuannya.
Menjadi saksi sejarah pun, tak mampu. Mencari aman demi sesuap nasi.
Roda ekonomi malam hari dengan
pemain bukan klas lokal, tak lepas dari skenario politik manusia ekonomi.
Sedangkan, roda pemerintahan yang
menggerakkan perekonomian nasional – di jam praktik resmi, formal dan konstitusional
– yang dijalankan oleh manusia politik
klas nasional, sejatinya hanya sekedar menjalankan skenario manusia ekonomi. Penulis
juga tidak tahu dimana “masuk akal”-nya. Tidak usah repot ikut mikir. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar