Halaman

Rabu, 17 Januari 2018

kalau mau kaya, jangan menjadi petugas partai



kalau mau kaya, jangan menjadi petugas partai

Kita awali dengan mengucap Basmallah dan guman rasa syukur, atas nikmat usia yang masih bisa kita nikmati.

Jika pas saya bisa ke masjid untuk sholat subuh, maka ada beberapa profesi yang sudah sibuk.

Pertama, petugas keamanan RT. Tiap jam pukul tiang listrik sebagai tanda kehadirannya. Ada gardu jaga, terkadang jadi tempat kumpul hansip RT lain. Hasnip RT jaga khusus di malam hari. Pukul 19:00 – 03:00 satu orang dan pukul 22:00 – 06:00 satu orang.

Kedua, petugas kebersihan yang pilah dan pilih isi bak sampah rumah tangga. Tepatnya profesi pemulung. Termasuk barang terbuang di jalan, menjadi sasaran. Mereka mempunyai wilayah kerja, daerah operasi. Pemulung sepertinya “bersaing” dengan kucing, anjing, tikus yang membongkar bungkusan platik kresek isi sampah.

Ketiga. Rute ke masjid memang banyak pilihan. untuk ganti suasana. Sudah ada kesibukan di dapur. Bagi ibu rumah tangga, atau yang punya usaha keluarga, sudah sibuk diri. Kebanyakan cucu dari kepala keluarga, yang masih sekolah, pagi buta sudah harus bangun.

Selain ketiga profesi di atas, sesekali jumpa dengan pedagang makanan jual malam hari yang pulang.

Masih pakai lampu, banyak motor dan/atau mobil yang sudah bergerak. Jika penghuni bergerak ke luar. Maka jalan di kompleks kami sibuk dengan pelintas. Mulai anak SD yang sudah naik motor. Pedagang, penjaja makanan sudah mulai tampil.

Ini kisah, baru menyuarakan skala lingkungan, 1 RW dengan 14 RT. Kalau mau menyoal bagaimana kalau satu kelurahan dengan beberapa RW. Terus meningkat, sampai tingkat negara.

Pertanyaan mendasar, profesi seperti apa yang sibuk di saat orang sedang tidak sibuk.

Menjadi ciri kota besar. Di malam hari ada kehidupan lain. Bahkan gegap gempita pemerintah malam hari, bisa menentukan jalannya roda pemerintah siang hari.
Kebijakan pemerintah, bisa tak bisa, dipengaruhi oleh suara hati manusia malam hari. Yang mungkin karena dihadiri oleh berbagai jenis manusia. salah satu agenda rutin, yaitu mengevaluasi kejadian hari ini.

Mereka sudah tahu, kalau ada mata dan telinga yang gemar menyadap.

Apakah ada benang merah antara pemerintah malam hari dengan pemerintah resmi yang punya jam kerja formal.

Kabinet malam hari, di siang hari rangkap jabatan jadi orang penting di belakang layar, di balik layar. Sebagai aktor intelektual sebagai sutradara penentu nasib. Tangan tak terlihat. Kalau terlihat, jelas mempunyai ilmu kebal.

Rakyat, walau ada yang jadi bagian kehidupan malam hari, hanya sebatas dengan profesi dan kepengetahuannya. Menjadi saksi sejarah pun, tak mampu. Mencari aman demi sesuap nasi.

Roda ekonomi malam hari dengan pemain bukan klas lokal, tak lepas dari skenario politik manusia ekonomi.

Sedangkan, roda pemerintahan yang menggerakkan perekonomian nasional di jam praktik resmi, formal dan konstitusional yang dijalankan oleh manusia  politik klas nasional, sejatinya hanya sekedar menjalankan skenario manusia ekonomi. Penulis juga tidak tahu dimana “masuk akal”-nya. Tidak usah repot ikut mikir. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar