Halaman

Senin, 15 Januari 2018

ideologi lawas teranyarkan, malah kembali ke Pancasila



ideologi lawas teranyarkan, malah kembali ke Pancasila

Panggung politik Nusantara mengalami restorasi di tempat kejadian peristiwa dan perkara, reformasi ketinggalan zaman sekaligus dilanda demam revolusi mental tingkat abal-abal. Ada pihak unjuk diri di awal tahun politik 2018.

Padahal, kata sejarah yang tidak bisa dipelintir apalagi dipolitisir, membuktikan bahwasanya barangsiapa bermain api, akan panen kebakaran. Tak terkecuali ketika penguasa Orde Lama bermain politik dengan mendeklarasikan NasAKom (nasionalis, agama, komunis) sebagai menu utama politik dalam negeri.

Aliran darah ideologi memang terwariskan ke anak cucu. Kendati sang pewaris tidak harus mendirikan sebuah perusahaan keluarga yang berlabel partai politik.

Di negara maju, seperti halnya Indonesia, partai keluarga, partai dinasti, partai trah, partai kekerabatan sudah bukan sekedar impian. Tak ayal lagi, bahkan masuk skala bak pemerintah dalam pemerintah. Pemerintah bayangan secara de facto yang utama dan dilegimitasi dengan pilkada secara de jure.

Wajar jika ada konflik internal di lingkungan pewaris nasakom. Ikhwal ini rakyat yang buta politik, sudah memaklumi sebagai kejadian yang biasa, wajar, alami sekaligus manusiawi.

Akankah bangsa dan rakyat tetap akan berpangku tangan ketika melihat pernak-pernik, aneka variasi, generasi serba-G yang secara sadar diri di bawah kendali, komando, koordinasi asing untuk bermain politik di bumi tempat lahirnya Pancasila.

Sejarah sedang diuji oleh modus korporasi penabur dan penebar fitnah dunia, yang menguasai media massa berbayar. Dukungan nyata relawan yang menggandakan kisah sukses sang penguasa. Yang bikin saja juga bingung akan benar atau tidaknya. Namanya politik tanpa ideologi, disegarkan dengan humor politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar