menggugat
halusinasi politisi sipil
Program Keluarga Berencana (KB) di
masa Orde Baru – yang mengedepankan setiap keluarga diajurkan mempunyai cukup
dua anak – memang pas untuk kondisi keluarga sasaran.
Efek, dampak, impak dari Keluarga
Catur Warga, dirasakan sekarang.
Karena program KB dikemas dalam
tatanan politik liwat Pelita (pembangunan lima tahun), maka manusia politik di
zaman pasca reformasi sudah berkarakter.
Kisah sukses dari rekam jejak
manusia politik jika dibilang sudah bisa menjadi wakil rakyat dan/atau kepala
daerah. Bagi yang daya ideologinya di atas rata-rata daerah, terbukti dengan
bisa meraih jabatan kepala negara, kepala pemerintahan atau presiden.
Sebagai negara agraris, antar
daerah sepertinya menyambung soal panen raya. Petani padi dengan rasa
nasionalismenya, tetap tekun dengan mengolah tanah sawah. Soal sawah bukan
miliknya, itu soal teknis.
Hasilnya terasa kawan. Tiap tahun
sejak periode 2014-2019, Indonesia sudah tidak perlu mengimpor beras. Artinya politik
perberasan nasional sudah menujukkan kepedulian nyata.
Namun nilai tukar petugas partai,
dengan segala skalanya, menunjukkan tingkat sejahtera dan makmur yang
melahirkan orang kuat, kaya, kuasa.
Rakyat bersyukur, minimal wakil
rakyat seklas oknum Ketua DPR jelang masa bakti, tidak miskin. Walau mungkin
tidak kaya-kaya amat.
Semakin mesin politik melaju, semakin manusia politik menunjukkan kinerja, kiprah, kontribusi nyata, maka KPK gulung tikar. Densus anti-korupsi bangkrut sebelum waktunya. [HaèN]
Semakin mesin politik melaju, semakin manusia politik menunjukkan kinerja, kiprah, kontribusi nyata, maka KPK gulung tikar. Densus anti-korupsi bangkrut sebelum waktunya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar