sigap diri
sambut sakaratul maut
Manusia wajib
menyusun rencana kehidupan dan dilakoninya sesuai tantangan waktu. Modal tekun, tabah, sabar, ulet, seksama. Adab
jelang lelap malam. Lengkapi gosok gigi plus berwudhu. Benahi tempat tidur, diseblaki. Usai rebahkan badan, berdoa. Niatkan tahajud atau minimal subuh di awal
waktu.
Tak salah jika
kepraktisan, manusia hanya melihat hari ini saja dan sedikit esok pagi. Selebihnya
bukan hak manusia. praktik sebagai manusia dengan modul waktu 24 jam. Kehidupan
harian nyaris tipikal, berulang. Mulai pagi hari sampai pagi hari berikutnya.
Seminggu terasa
sukses, tanpa hambatan berarti. Kian terlena dengan sibuk diri. Kian merasa
berkat peras keringat, adu otak menjadikan dirinya sukses. Daya peka beralih
meraih nikmat dunia. Tak salah, merasa jiwa tenang, hati senang. Kurang apa
lagi. Karena tidak dibalut dengan nafas reliji. Sedikit demi sedikit menemukan
bahagia semu. Akhirnya jemu dengan rutinitas yang membelenggu.
Orang yang
merintis sukses mulai dari nol, dari awal, dari papan bawah. Tetap akan menemui
jalan buntu. Apalagi pihak yang sukses karena faktor eksternal, dadakan,
karbitan. Mudah goyang. Jalan keluar dengan goyang-gayung bahagia semu dan
sesaat. Ciri gemerlap dunia yang membuai.
Dari sekian
rencana manusia, adalah menyiapkan diri pasca hidup di dunia yang sekedar
mampir ngombé. Numpang buang
hajat. Melakukan amalan untuk menjadi tiket masuk dan menjadi penghuni kekal Firdaus.
Mulai amalan yang ringan tapi rutin.
Ketetap-Nya
tentang perjalanan hidup manusia sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul Mahfudz.
Keadaan manusia
di saat sakaratul maut. Sebagai gambaran eksistensi nafas, ‘menghembuskan nafas
selama-lamanya’. Pratanda ybs telah
meninggal dunia. Meninggalkan dunia menuju tujuan akhir setelah kenyang melepas
dagaha di dunia. Jangan bandingkan dengan mati secara medis.
Jangan sampai
melantur, sangat menarik bahwasanya soal ‘nafas’ hanya dua kali tersurat di Al-Qur’an.
Salah satunya yang mengusik tabiat awamku adalah penjelasan di (QS Al Qiyaamah
[75] : 26): “Sekali-kali
jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,”
Suratan kedua di
(QS Al Waaqi'ah [56] : 83): “Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,”.
Penjelasan
kebahasaan, Al Waaqi'ah = Al Qiyaamah atau Hari Kiamat.
Saat tidur lelap malam,
jiwa bahkan ruh dalam genggaman-Nya. Hukum agama sementara tak berlaku. Sigap
dengan ketetapan-Nya. Sewaktu-waktu ruh akan diambil kembali oleh-Nya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar