Halaman

Selasa, 15 Januari 2019

sigap diri sambut sakaratul maut


sigap diri sambut sakaratul maut

Manusia wajib menyusun rencana kehidupan dan dilakoninya sesuai tantangan waktu.  Modal tekun, tabah, sabar, ulet, seksama. Adab jelang lelap malam. Lengkapi gosok gigi plus berwudhu. Benahi tempat tidur, diseblaki. Usai rebahkan badan, berdoa. Niatkan tahajud atau minimal subuh di awal waktu.

Tak salah jika kepraktisan, manusia hanya melihat hari ini saja dan sedikit esok pagi. Selebihnya bukan hak manusia. praktik sebagai manusia dengan modul waktu 24 jam. Kehidupan harian nyaris tipikal, berulang. Mulai pagi hari sampai pagi hari berikutnya.

Seminggu terasa sukses, tanpa hambatan berarti. Kian terlena dengan sibuk diri. Kian merasa berkat peras keringat, adu otak menjadikan dirinya sukses. Daya peka beralih meraih nikmat dunia. Tak salah, merasa jiwa tenang, hati senang. Kurang apa lagi. Karena tidak dibalut dengan nafas reliji. Sedikit demi sedikit menemukan bahagia semu. Akhirnya jemu dengan rutinitas yang membelenggu.

Orang yang merintis sukses mulai dari nol, dari awal, dari papan bawah. Tetap akan menemui jalan buntu. Apalagi pihak yang sukses karena faktor eksternal, dadakan, karbitan. Mudah goyang. Jalan keluar dengan goyang-gayung bahagia semu dan sesaat. Ciri gemerlap dunia yang membuai.

Dari sekian rencana manusia, adalah menyiapkan diri pasca hidup di dunia yang sekedar mampir ngombé. Numpang buang hajat. Melakukan amalan untuk menjadi tiket masuk dan menjadi penghuni kekal Firdaus. Mulai amalan yang ringan tapi rutin.

Ketetap-Nya tentang perjalanan hidup manusia sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul Mahfudz.

Keadaan manusia di saat sakaratul maut. Sebagai gambaran eksistensi nafas, ‘menghembuskan nafas selama-lamanya’. Pratanda  ybs telah meninggal dunia. Meninggalkan dunia menuju tujuan akhir setelah kenyang melepas dagaha di dunia. Jangan bandingkan dengan mati secara medis.

Jangan sampai melantur, sangat menarik bahwasanya soal ‘nafas’ hanya dua kali tersurat di Al-Qur’an. Salah satunya yang mengusik tabiat awamku adalah penjelasan di (QS Al Qiyaamah [75] : 26):  Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,”

Suratan kedua di (QS Al Waaqi'ah [56] : 83):  Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,”.

Penjelasan kebahasaan, Al Waaqi'ah = Al Qiyaamah atau Hari Kiamat.

Saat tidur lelap malam, jiwa bahkan ruh dalam genggaman-Nya. Hukum agama sementara tak berlaku. Sigap dengan ketetapan-Nya. Sewaktu-waktu ruh akan diambil kembali oleh-Nya. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar