Halaman

Rabu, 16 Januari 2019

menyopir saja kurang yakin diri, apalagi berdoa

menyopir saja kurang yakin diri, apalagi berdoa

Olahkata saya ini, berdasarkan hasil bincang santai dengan sopir angkot. Umumnya bang sopir yang pancing bincang. Nada omelan saat disalip motor. Kesempatan bagi saya untuk meluruskan. Atau saya jawab, karena tolehan wajahnya menyuratkan.

Atau alasan klasik menggelitik lainnya. Tampang bang sopir tidak pada umumnya. Terutama karena tak merokok. Gaya menyopir yang jauh dari uber setoran. Diperkuat ada calon penumpang yang menyapa. Pasal ini berdampak sang sopir tak mau dibayar, walau di atas tarif normal.

Pasca kejadian peristiwa suksesnya go-jek atau sebutan lainnya. Naik angkot jadi nyaman. Tak berdesak, walau kode etik 4 – 6 penumpang masih berlaku. Jalur, rute tertentu, masih ada pengamen bertato yang jual jasa suara. Asongan rokok masih adu untung di simpang jalan. Akrab dengan pak ogah.

Walau tak berebut penumpang, adab sopir seolah tak mengalami perubahan berkemajuan. Tak perlu saya uraikan. Menyangkut wibawa penguasa sesuai profesi dan keahliannya. Jalang layang, jalan khusus angkutan massal, konvoi angkot hal biasa. Stigma raja jalanan, setan jalanan masih utuh dan tak tercoreng. Pemilik atau pengemudi mobil pribadi wajib cerdas diri.

Asumsi uneg-uneg, keluhan antar sopir tak jauh beda. Walau beda jurusan. Sadar diri mau ganti profesi, mulai dari nol. Usia sudah tak muda. Anak isteri sabar menanti. Mau mendirikan parpol, modalnya apa. Rasanya, armada tak terasa berkurang. Peremajaan dengan model baru. Mobil pribadi yang sama produk, turun pasaran, turun martabat, turun gengsi.

Banyak modus, rekayasa, manipulasi atau upaya nyata bukan hanya uber setoran. Menjaga stabilitas asap dapur agar tetap mengepul. Menjaga wibawa kendil jangan sampai tergelincir licin. Efek domino aksi  ‘tutup mulut’ kepala keluarga.

Keyakinan sopir angkot, sesuai hukum jalanan. Pokoknya, hanya sopir angkot dan Tuhan yang tahu. Tidak juga, juga tidak. Rekam jejak sopir angkot bisa distandarisir, digeneralisir. Mereka harus tetap jaga silaturahmi dengan penguasa jalanan. Kian armada angkot menyusut, ada pihak yang merasa dirugikan.

Sopir angkot juga manusia yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Sopir angkot menjadi korban perubahan yang berkemajuan. Kebijakan pemerintah mengatur tariff ojek daring, bukti peduli total. Mulai penyediaan lapangan kerja bagi pengemudi sampai penetapan pajak profesi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar