menyopir saja kurang yakin diri,
apalagi berdoa
Olahkata saya ini, berdasarkan hasil
bincang santai dengan sopir angkot. Umumnya bang sopir yang pancing bincang. Nada
omelan saat disalip motor. Kesempatan bagi saya untuk meluruskan. Atau saya
jawab, karena tolehan wajahnya menyuratkan.
Atau alasan klasik menggelitik
lainnya. Tampang bang sopir tidak pada umumnya. Terutama karena tak merokok. Gaya
menyopir yang jauh dari uber setoran. Diperkuat ada calon penumpang yang
menyapa. Pasal ini berdampak sang sopir tak mau dibayar, walau di atas tarif normal.
Pasca kejadian peristiwa suksesnya
go-jek atau sebutan lainnya. Naik angkot jadi nyaman. Tak berdesak, walau kode
etik 4 – 6 penumpang masih berlaku. Jalur, rute tertentu, masih ada pengamen
bertato yang jual jasa suara. Asongan rokok masih adu untung di simpang jalan. Akrab
dengan pak ogah.
Walau tak berebut penumpang, adab
sopir seolah tak mengalami perubahan berkemajuan. Tak perlu saya uraikan. Menyangkut
wibawa penguasa sesuai profesi dan keahliannya. Jalang layang, jalan khusus
angkutan massal, konvoi angkot hal biasa. Stigma raja jalanan, setan jalanan masih utuh dan tak
tercoreng. Pemilik atau pengemudi mobil pribadi
wajib cerdas diri.
Asumsi uneg-uneg, keluhan antar
sopir tak jauh beda. Walau beda jurusan. Sadar diri mau ganti profesi, mulai
dari nol. Usia sudah tak muda. Anak isteri sabar menanti. Mau mendirikan
parpol, modalnya apa. Rasanya, armada tak terasa berkurang. Peremajaan dengan
model baru. Mobil pribadi yang sama produk, turun pasaran, turun martabat,
turun gengsi.
Banyak modus, rekayasa, manipulasi
atau upaya nyata bukan hanya uber setoran. Menjaga stabilitas asap dapur agar
tetap mengepul. Menjaga wibawa kendil jangan sampai tergelincir licin. Efek
domino aksi ‘tutup mulut’ kepala
keluarga.
Keyakinan sopir angkot, sesuai hukum
jalanan. Pokoknya, hanya sopir angkot dan Tuhan yang tahu. Tidak juga, juga
tidak. Rekam jejak sopir angkot bisa distandarisir, digeneralisir. Mereka harus
tetap jaga silaturahmi dengan penguasa jalanan. Kian armada angkot menyusut,
ada pihak yang merasa dirugikan.
Sopir angkot juga manusia yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa. Sopir angkot menjadi korban perubahan yang berkemajuan. Kebijakan
pemerintah mengatur tariff ojek daring, bukti peduli total. Mulai penyediaan
lapangan kerja bagi pengemudi sampai penetapan pajak profesi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar