Halaman

Minggu, 27 Januari 2019

betapa kinerja generasi masa depan menjaga eksistensi dan stabilitas Nusantara

betapa kinerja generasi masa depan menjaga eksistensi dan stabilitas Nusantara

Matahari selalu konsisten menjalankan tugas dan fungsinya. Tak ada niatan istirahat atau mogok kerja. Kondisi panas tak merasa kepayahan. Mematuhi ketetapan-Nya di garis edar yang sudah digariskan. Tidak mentang-mentang dibutuhkan umat manusia se bumi, lantas jaga imej, jual mahal.

Daya akal pada manusia, adakalanya ada yang mampu berpikir melampaui zamannya. Semua sudah disuratkan dan disiratkan di Al-Qur’an dan dijabarkan liwat Sunnah Rasulullah saw. Perjalanan menembus lapisan langit dengan kekuatan.  Bagaimana Allah swt menundukkan bahtera berlayar melaju mengarungi laut.

Silih bergantinya malam dengan siang, sebagai bukti kemahaan Allah swt. Kta simak ayat suci [QS Al Furqaan (25) : 17]: “Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.”

Semua kejadian di alam dunia, antara langit dan bumi, hanya bisa dicerna dengan akal. Jika akal atau bahasa manusia sudah mentok. Lari ke iman, gunakan iman secara optimal.

Akal manusia mencari celah atau peluang di antara pergantian waktu. Derajat keilmuan manusia memanfaatkan faktor konsistensi matahari. Jangan lupa, derajat kesolehan seseorang bisa ‘berbuat apa saja, di luar nalar.

Bagaimana agama islam bisa masuk dan menyebar di Nusantara. Tentunya para mubalig bukan orang biasa-biasa. Bukan orang kebanyakan pada umumnya. Terlebih pola hidup dinamisme dan animisme masih kuat. Agama bumi menjadi ciri kerajaan.

Perjalanan menembus waktu bukan hanya ke masa depan. Sebaliknya, manusia masa depan mampu mencari leluhurnya. Setiap malam jumat, roh orangtua kita yang sudah wafat. Mendapat hak dari Allah swt untuk mengunjungi anak cucunya, anak keturunan. Doa anak, amalan atas nama orangtua, menyambung silaturahmi orangtua dengan kerabat, relasi menjadikan modal akhirat.

Tak salah jika ada yang pesimis akan penglihatan ke masa depan. Takut ini sebagai tipu daya setan. Dunia kian tua, kian mendekati kiamat. Umur umat Islam sesuai sunnah Rasulullah saw.

Jangan lu[pa dan jangan melantur. Kita kembali dan simak [QS Yunus (10) : 5]: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
[669]. Maksudnya: Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan dengan penuh hikmah.
Lepas dari akal manusia. Perjalanan waktu adalah linier, tipikal, berulang dalam skala harian. Namun, di antara kesenyapan waktu. Konsistensi waktu. Hakikatnya pembagian, penamaan waktu. Waktu tak pernah hilang percuma. Dimana tersimpannya. Mendekatan batas waktu umur dunia. Akal manusia sudah melampaui daya akalnya. Interaksi antar manusia kian memudar. Efek pergantian zaman akibat tata surya yang selalu mengalami proses penuaan.

Zaman dengan semua mimpi manusia sudah terwujud. Manusia akan kembali pikun, hilang memori masa lalu. Semua bentuk dan babakan kehidupan berjalan serba otomatis. Bukan buatan. Dalam arti memang dampak teknologi yang mengambil alih peran manusia dan kemanusiaan.

Efek domino dari mendayagunakan manfaat produk TIK. Jalah kedayaan generasi masa depan atau pemilih pemula 2019, sudah terkuras sebelum bermanfaat. [HaéN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar