betapa kinerja generasi masa depan menjaga eksistensi dan
stabilitas Nusantara
Matahari selalu konsisten menjalankan tugas dan
fungsinya. Tak ada niatan istirahat atau mogok kerja. Kondisi panas tak merasa
kepayahan. Mematuhi ketetapan-Nya di garis edar yang sudah digariskan. Tidak mentang-mentang
dibutuhkan umat manusia se bumi, lantas jaga imej, jual mahal.
Daya akal pada manusia, adakalanya ada yang mampu
berpikir melampaui zamannya. Semua sudah disuratkan dan disiratkan di Al-Qur’an
dan dijabarkan liwat Sunnah Rasulullah saw. Perjalanan menembus lapisan langit
dengan kekuatan. Bagaimana Allah swt
menundukkan bahtera berlayar melaju mengarungi laut.
Silih bergantinya malam dengan siang, sebagai bukti
kemahaan Allah swt. Kta simak ayat suci [QS Al Furqaan (25) : 17]: “Dialah
yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan
Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.”
Semua kejadian di alam dunia, antara langit dan bumi, hanya
bisa dicerna dengan akal. Jika akal atau bahasa manusia sudah mentok. Lari ke
iman, gunakan iman secara optimal.
Akal manusia mencari celah atau peluang di antara
pergantian waktu. Derajat keilmuan manusia memanfaatkan faktor konsistensi
matahari. Jangan lupa, derajat kesolehan seseorang bisa ‘berbuat apa saja, di
luar nalar.
Bagaimana agama islam bisa masuk dan menyebar di
Nusantara. Tentunya para mubalig bukan orang biasa-biasa. Bukan orang kebanyakan
pada umumnya. Terlebih pola hidup dinamisme dan animisme masih kuat. Agama bumi
menjadi ciri kerajaan.
Perjalanan menembus waktu bukan hanya ke masa depan. Sebaliknya,
manusia masa depan mampu mencari leluhurnya. Setiap malam jumat, roh orangtua
kita yang sudah wafat. Mendapat hak dari Allah swt untuk mengunjungi anak
cucunya, anak keturunan. Doa anak, amalan atas nama orangtua, menyambung
silaturahmi orangtua dengan kerabat, relasi menjadikan modal akhirat.
Tak salah jika ada yang pesimis akan penglihatan ke masa
depan. Takut ini sebagai tipu daya setan. Dunia kian tua, kian mendekati
kiamat. Umur umat Islam sesuai sunnah Rasulullah saw.
Jangan lu[pa dan jangan melantur. Kita kembali dan simak [QS
Yunus (10) : 5]: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan
bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak[669]. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
[669]. Maksudnya:
Allah menjadikan semua yang disebutkan itu bukanlah dengan percuma, melainkan
dengan penuh hikmah.
Lepas dari akal manusia. Perjalanan waktu adalah linier,
tipikal, berulang dalam skala harian. Namun, di antara kesenyapan waktu. Konsistensi
waktu. Hakikatnya pembagian, penamaan waktu. Waktu tak pernah hilang percuma. Dimana
tersimpannya. Mendekatan batas waktu umur dunia. Akal manusia sudah melampaui
daya akalnya. Interaksi antar manusia kian memudar. Efek pergantian zaman
akibat tata surya yang selalu mengalami proses penuaan.
Zaman dengan semua mimpi manusia sudah terwujud. Manusia akan
kembali pikun, hilang memori masa lalu. Semua bentuk dan babakan kehidupan
berjalan serba otomatis. Bukan buatan. Dalam arti memang dampak teknologi yang
mengambil alih peran manusia dan kemanusiaan.
Efek domino dari mendayagunakan manfaat produk TIK. Jalah
kedayaan generasi masa depan atau pemilih pemula 2019, sudah terkuras sebelum
bermanfaat. [HaéN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar