Halaman

Jumat, 04 Januari 2019

isi ulang bumi dengan air hujan


isi ulang bumi dengan air hujan

Alhamdulillah berkat faktor ajar orang tua. Tatkala  saya masih ikut orang tua. Ibu dengan jasa tukang kebun, membuat jogangan. Model gali lubang tutup lubang. Tanah digali, ukuran sesuai kondisi lingkungan. Tempat sampah organik. Halaman depan kian meninggi. Berlomba dengan pengaspalan jalan.

Saatnya saya kerja dan berumah tangga. Jauh dari orang tua. Modal warisan nama baik dan ilmu. Tradisi gali jogangan saya lanjutkan di rumah tinggal versi KPR-BTN. Tanah terbuka hijau. Carport di samping kanan rumah. Pohon pelindung yang akhirnya menjadi masalah dengan bangunan dan lingkungan. Mengoptimalkan manfaat pekarangan. Antisipasi becek, lahan terbuka diisi kerakal, kerikil.

Musim kering yang berdampak lingkungan menjadi sulit air. Sebelah barat blok rumah saya, lapangan RT. Bantuan pemda kota Tangsel dibangun menara air. Tukang jual air, gerobak dorong maupun gerobak motor, sibuk. Rasanya, tak pernah sepi antaran.

Bukan karena tipe rumah. Halaman penuh atap. Nyaris tanpa tanaman. Penghuni pria acap telanjang dada. Bantuan kipas angin tak membantu. AC untuk kamar tidur.

Bayangkan, betapa dan berapa kubik air hujan langsung masuk ke got, selokan depan rumah. Dibantu polder. Maklum, lokasi bekas sawah. Tanggul sungai antiispasi banjir kiriman. Jalan menjadi tempat parkir mobil.

Akhir 2012, jalan lingkungan ditinggikan dengan beton tuang, tanpa tulangan. Tinggi lantai awal, di bawah tinggi jalan.  Masih terdapat di beberapa blok, jalan bebas banjir. Rumah terendam.

Kisah lingkungan dua RW dan sekaligus dua kelurahan yang dipisahkan sungai di atas, belum berakhir.  Masuk dekade kedua sebagai kota. Revisi tipe bangunan untuk penentuan PBB. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar