Halaman

Rabu, 23 Januari 2019

tatkala orang baik pilih diam


tatkala orang baik pilih diam

Bersyukur juga boleh. Akibat ketahanan politik anak bangsa pribumi sudah melampaui ambang batas. Daya cerdas politik masih bergerak di zona aman terkendali. Periode 2014-2019 mereka naik klas. Masuk stadium penyakit politik épidémis. Kadar penyalit politik memang beredar secara luas. Melanda  di kumpulan rakyat banyak,  di suatu tempat kejadian, dalam waktu yang sama.

Bersifat umum atau merakyat. Ada juga yang bergaya pola éndemi. Penyakit politik ini selalu terjangkit pada beberapa orang dari suatu daerah pilihan tertentu. Pada suatu golongan masyarakat. Meningkat menjadi éndemis, penyakit politik yang secara tetap menetap di tempat-tempat atau di kalangan orang-orang tertentu dan terbatas pada mereka.

Pola penyakit politik menjadi semakin kompleks, yang akan memperbesar beban sektor sosial. Jadi, dapat dipastikan begitulah fakta dan datanya, bahwasanya penyakit politik bukan penyakit individu, perorangan manusia politik. Menjadi hak partai politik seutuhnya, bulat penuh. Bentuk lain dari watak, karakter dan spesifikasi sebuah partai politik. Rekam jejak ikut pesta demokrasi menjadikan penyakit politik sebagai tetenger atau trade mark.

Rumusanpejah gesang ndèrèk panguwasamenjadi penyakit sejarah yang sulit dihapus dari peta peradaban NKRI. Semboyan heroik adalah “berdiri paling depan di belakang penguasa”. Sigap 24 jam untuk menerima warisan dan sekaligus siap hindar diri dari segala kemungkinan arus balik yang merugikan.

Dari periode ke periode, peradaban manusia politik berevolusi secara meyakinkan. Melaju mulai dari level bergantung hidup dari alam (depend on nature), mengelola alam (manage the nature), sampai pada tahap mengendalikan alam (controls the nature) dan kembali menggantungkan nasib kepada kemurahan alam. Politik sebagai mata pencaharian.

Proses alami syahwat politik Nusantara mengalami tantangan. Petugas partai sampai simpatisan semu, tampak kompak dalam ketidakkompakkan. Bingung binti mbilung.

Manusia politik penyandang penyakit politik, tampak nyata di layar kaca. Tak pandang warna bulu. Kian lebar mulut, sangar wajah seolah tampak berbobot dan berotot. Pemain watak sekaliber yang pernah tercatat, masih kalah garang. Gaya gemulai, priya tulang lunak akibat gaya dan daya sesuai asas penurunan daya ingatan dan pendapatan secara permanen.

Degradasi lingkungan politik tidak terlepas dari kehidupan sosial ekonomi setiap peradaban manusia politik. Khususnya pihak yang menentukan kebijakan partai. Serakah politik sudah melampaui ambang batas kesabaran alam. Manusia (serigala) politik dimana pun bercokol, mampu “menentukan” kebijakan alam.

Politik berbasis kemaslahatan umat Islam adalah mampu bermain di semua lini, di segala lajur, di setiap musim.  Ada kalanya turunkan tensi. Sikap diam bukan berarti pasif. Membaca situasi dengan cermat. Jaga jarak sesuai batas pandang. Jangan terpengaruh apalagi terbawa arus modus, pola main pihak yang menghalalkan segala cara. Politik bukan sebagai panglima. Namun harus tetap digerakkan secara total jenderal.

Bukan sekedar menjaga keseimbangan alam politik, tetapi sebagai pihak yang menentukan tata niaga politik Nusantara. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar