Halaman

Jumat, 25 Januari 2019

stabilisasi BB dan tingkatkan BA


stabilisasi BB dan tingkatkan BA

Bahan baku apa saja pembentuk, penyusun, pengisi tubuh kita. Kepadatan tulang, kelenturan otot, kekenyalan daging, kekentalan darah maupun sampai otak encer. Warna kulit, warna rambut tidak sama tetapi warna darah tidak jauh beda.

Kaum adam lebih menjaga kebugaran raga. Perkasa diri menjadi tolok ukur kejantanan. Tampang lebih bicara. Tubuh ideal dengan standar korelasi antara tinggi badan, berat badan (BB), lingkar perut, lingkar dada dan jangkauan tangan. Muncul model, tipe atau ukuran jengkal, kilan, depa, jangkah maupun sepengadek.

Lain pasal dengan jaga tampilan kaum hawa. Tata rias wajah menjadi faktor penentu dan andalan derajat kewanitaan. Polesan wajah sesuai kebutuhan, kepentingan sebuah acara di laga kehidupan.

Ketika bau badan menjadi syarat utama, milik dua kaum beda gender. Menjadi karakter si empunya badan. Rumusnya, busana bisa sederhana tapi aroma tubuh bernilai tambah. Akhirnya manusia terjebak dengan yang sifatnya tampilan fisik yang bersifat tempelan, buatan.

Demi rasa percaya diri sekaligus agar tampak beda. Perawatan tubuh, pemuliaan raga diutamakan ketimbang asupan rohani. Melek gizi, sampai mengkitui tips, trik sehat aneka versi. Tubuh menjadi steril dari jangkauan pangan yang dibesarkan secara kimiawi. Salah makan, perut langsung makar. Mengajukan mosi lewat gerakan BAB tanpa jadwal.

Wong Jawa dengan rumusan leluhur mengenal babat, bibit, bebet, bobot. Mengacu huruf hidup, kurang ‘bubut’. Lihat saja nanti.

Bukan kesimpulan tapi fakta dan atau data. Kiat ramah lingkungan dan pendekatan diri ke pemilik alam. Asas kesimbangan alam juga dibutuhkan pada tubuh, raga, fisik, jasmani manusia. Demi wibawa raga, martabat tubuh, harga diri jasmani, ketahanan fisik, sehat badan. Asupan rohani, peningkatan daya batin menjadi pasal tidak sederhana.

Agar tak luber mubazir. Narasi bertubi-tubi di atas, sudah dijelaskan di ajaran agama Islam. Allah swt lebih menyukai umat yang kuat. Lebih dari itu, kiat menumpuk modal amal untuk pulang mengadap-Nya. Setiap tarikan nafas menjadi amal. Setiap langkah kaki menambah catatan amal. Setiap olah tangan untuk menjaga amal. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar