stabilisasi BB dan tingkatkan BA
Bahan baku apa saja pembentuk,
penyusun, pengisi tubuh kita. Kepadatan tulang, kelenturan otot, kekenyalan
daging, kekentalan darah maupun sampai otak encer. Warna kulit, warna rambut tidak
sama tetapi warna darah tidak jauh beda.
Kaum adam lebih menjaga kebugaran
raga. Perkasa diri menjadi tolok ukur kejantanan. Tampang lebih bicara. Tubuh ideal
dengan standar korelasi antara tinggi badan, berat badan (BB), lingkar perut,
lingkar dada dan jangkauan tangan. Muncul model, tipe atau ukuran jengkal, kilan, depa, jangkah maupun sepengadek.
Lain pasal dengan jaga tampilan kaum
hawa. Tata rias wajah menjadi faktor penentu dan andalan derajat kewanitaan. Polesan
wajah sesuai kebutuhan, kepentingan sebuah acara di laga kehidupan.
Ketika bau badan menjadi syarat
utama, milik dua kaum beda gender. Menjadi karakter si empunya badan. Rumusnya,
busana bisa sederhana tapi aroma tubuh bernilai tambah. Akhirnya manusia
terjebak dengan yang sifatnya tampilan fisik yang bersifat tempelan, buatan.
Demi rasa percaya diri sekaligus
agar tampak beda. Perawatan tubuh, pemuliaan raga diutamakan ketimbang asupan
rohani. Melek gizi, sampai mengkitui tips, trik sehat aneka versi. Tubuh menjadi
steril dari jangkauan pangan yang dibesarkan secara kimiawi. Salah makan, perut
langsung makar. Mengajukan mosi lewat gerakan BAB tanpa jadwal.
Wong Jawa dengan rumusan leluhur
mengenal babat, bibit, bebet, bobot. Mengacu huruf
hidup, kurang ‘bubut’. Lihat saja nanti.
Bukan kesimpulan tapi fakta dan atau
data. Kiat ramah lingkungan dan pendekatan diri ke pemilik alam. Asas kesimbangan
alam juga dibutuhkan pada tubuh, raga, fisik, jasmani manusia. Demi wibawa
raga, martabat tubuh, harga diri jasmani, ketahanan fisik, sehat badan. Asupan rohani,
peningkatan daya batin menjadi pasal tidak sederhana.
Agar tak luber mubazir. Narasi bertubi-tubi
di atas, sudah dijelaskan di ajaran agama Islam. Allah swt lebih menyukai umat
yang kuat. Lebih dari itu, kiat menumpuk modal amal untuk pulang mengadap-Nya. Setiap
tarikan nafas menjadi amal. Setiap langkah kaki menambah catatan amal. Setiap olah
tangan untuk menjaga amal. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar