Halaman

Kamis, 24 Januari 2019

sénsasi débat politik pemilu 1955, kata kunci vs jurus kunci

sénsasi débat politik pemilu 1955, kata kunci vs jurus kunci

Faktor U (umur dan atau usia), menjadikan penulis belum mempunyai hak pilih pada Pemilu 1955. Pesta demokrasi pertama sekaligus terakhir di era Orde Lama. Lagu perjuangan bertemakan, bernafaskan ‘nasakom’ menjadi lagu wajib. Terasa heroik membara bagi kawanan pejah gesang ndérék Bung Karno.

Selama dua periode atau satu dasa warsa. Tepatnya 1955-1965. Siaran Radio Nusantara II RRI Yogyakarta, menjadi barang mahal. Bencana politik, mungkin hanya di antara elit parpol. Tidak juga. Betapa garangnya PKI menghadapi kaum religius Islam. Fakta bicara dan data menyanyi sejarah sebagai bukti.

Kebangkitan sejak peristiwa Madiun Affair September 1948. Tidak serta merta senyap, lenyap. Parpol ber-platform kiri atau partai merah, berkonsolidasi di dalam dan di luar NKRI. Hasil nyata dengan peristiwa pemberontakan PKI, 30 September 1965.

Penyederhanaan jumlah parpol di masa Orde Baru. Jumlah boleh berkurang tapi nuansa warna atau jiwa ‘nasakom’ tak akan pudar.

Selama masih ada kategori miskin, melarat dan sejenisnya. Masyarakat kurang beruntung secara ekonomis. Masih tak mempengaruhi wibawa negara. Kesenjangan antar daerah pun, hanya dianggap sebagai dampak laju pembangunan nasional. Semangat otonomi daerah diperkuat dengan pola dinasti politik.

Maraknya peolok-olok politik sebagai bukti mulia penyediaan lapangan kerja. Penyakit masyarakat adu gengsi dengan penyakit politik. Penyakit masyarakat menjadi bidang garap aparat keamanan atau polisi. Penyakit politik masuk sasaran OTT KPK. Perseteruan tanpa batas waktu, Buaya vs Cicak. Membuktikan betapa cerdasnya pemerintah menghadirkan pemerintahan yang bersih. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar