Halaman

Sabtu, 05 Januari 2019

Sisi Lain Kehidupan Yang Lebih Unggul


Sisi Lain Kehidupan Yang Lebih Unggul

Selama hidup di dunia, manusia wajib ikhtiar, berdaya usaha, bersunggguh-sungguh melakoni kodratnya. Merasa akan hidup selama-lamanya, selama mungkin. Menyiapkan rencana, kondisi yang diinginkan jauh  menembus batas waktu dan ukuran jarak.

Sengaja berkasab alias berusaha, berupaya atau berikhtiar yang dilakukan sesuai kapasitas diri sebagai manusia serta sejalan atau menuruti kehendak, keinginan hatinya.

Sengaja atau sengaja, maksudnya berilmu atau sesuai naluri, insting memberdayakan kasih sayang-Nya. Diam diri saja, seolah manusia tetap bisa eksis. Merasa sukses dunia karena peras keringat sendiri sampai tanpa ampas.

Berkat teknologi cerdas membuat manusia merasa cepat cerdas.  Akhirnya aneka ténggang: daya, waktu dan tangguh membuat manusia dengan segala akhlaknya menyatu. Batas akhlak didominasi daerah abu-abu. Juga tidak.

Manusia kian menapak sisa kontrak hidup, fokus di jalan lurus. Seolah tak ada pilihan. Karena semua lajur dikuasai urusan dunia. Bukti bahwa Allah swt menjaga sang hamba. Umat manusia terjebak koridor asas taat dan atau asas adab.

Menjaga konsistensi dan eksistensi ibadah vertikal. Sambil menjaga keseimbangan dengan amal dunia, hubungan antar manusia.

Umat Islam tetap menjaga bahasa langit di antara terpaaan bahasa dunia yangtak  kenal waktu dan tempat. Seiring kumandang azan yang bersahutan, sambung-menyambung tiada henti. Setan pun tak akan pernah putus asa memperbanyak pengikutnya. Tempat ideal, favorit persekutuan manusia dengan setan kian berpeluang, berkesempatan.

Budi pekerti, budi bahasa, budi bicara menjadi pembeda antar kaum. Alam tidak sekedar jadi saksi. Aktif tindak turun tangan. Angkat bicara dengan cara alam yang terzalimi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar