Halaman

Senin, 14 Januari 2019

Indonesia kian menepi


Indonesia kian menepi

Beda bahasa tentu beda makna. Maksud judul atau narasi berdasarkan apa yang melintas dan tertangkap radar hati. Indonesia berjalan di tepi sebelah kiri. Masih satu kawasan dengan aba-aba penumpang bis kota, angkot: “pinggir bang!”.

“Menep” merupakan sebuah ungkapan dalam bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai sebuah kondisi dimana seseorang itu sudah matang, utuh, seimbang dan bijaksana.

Dalam khasanah Jawa, menep adalah juga penggambaran jiwa, hati atau kalbu manusia.  Ibarat air dalam gelas,  jiwa, hati atau kalbu  itulah subyek yang harus dipandang, bukan kekotoran yang menyertainya. (keterangan, alenia kedua dan ketiga, saya comot bebas dari karya kamar sebelah).

Di negera ini yang penuh dengan praktik Pancasila,  pihak di pinggir kerap terpinggirkan tanpa kendali. Termasuk dalam peta geografis berwawasan Nusantara. Ada 26 kabupaten di pinggiran Indonesia, yang terbukti berbatasan langsung dengan negara tetangga. Berkat pembangunan mulai dari pinggiran.

Sesuai bahasa politik, asas tepi, pinggir maupun marjinal, layak diterapkan pada wilayah batas administratif. Bentuk lain dari daerah kurang beruntung.

Kaum marjinal sebagai kelompok masyarakat pra-sejahtera, berada di lingkungan perkotaan maupun pedesaan. Di perkotaan, mereka mempertahankan kelanjutan hidupnya dengan menjadi pemulung, pengemis, gelandangan, atau buruh kasar. Di pedesaan, mereka biasanya adalah golongan petani miskin atau buruh tani, nelayan, peladang atau pekerja kebun. Biasanya menghuni atau tinggal di daerah terpencil, sulit dijangkau, atau minim infrastruktur.

Meningkatnya ketersediaan akses lingkungan dan sistem sosial yang inklusif bagi penyandang disabilitas, lansia, dan kelompok masyarakat marjinal pada setiap aspek penghidupan;

Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem layanan sosial terpadu dan regulasi untuk pengembangan akses lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas, lansia, dan kelompok masyarakat marjinal;

Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang memiliki regulasi untuk pengembangan akses lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas, lansia, dan kelompok masyarakat marjinal;

Gonjang-ganjing politik memperjelas mana yang hak dan mana yang batil. Rangkaian doa rakyat sepanjang waktu, beriringan dengan pelaksanaan sholat fardhu 5 waktu. Indonesia kalis dan tetap eksis. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar