Indonesia kian menepi
Beda bahasa tentu beda makna. Maksud judul atau narasi berdasarkan apa yang
melintas dan tertangkap radar hati. Indonesia berjalan di tepi sebelah kiri. Masih
satu kawasan dengan aba-aba penumpang bis kota, angkot: “pinggir bang!”.
“Menep” merupakan sebuah ungkapan dalam bahasa jawa yang dapat diartikan
sebagai sebuah kondisi dimana seseorang itu sudah matang, utuh, seimbang dan
bijaksana.
Dalam khasanah Jawa, menep adalah juga penggambaran jiwa, hati atau kalbu
manusia. Ibarat air dalam gelas, jiwa, hati atau kalbu itulah subyek yang harus dipandang, bukan
kekotoran yang menyertainya. (keterangan, alenia kedua dan ketiga, saya comot
bebas dari karya kamar sebelah).
Di negera ini yang penuh dengan praktik Pancasila, pihak di pinggir kerap terpinggirkan tanpa
kendali. Termasuk dalam peta geografis berwawasan Nusantara. Ada 26 kabupaten
di pinggiran Indonesia, yang terbukti berbatasan langsung dengan negara tetangga.
Berkat pembangunan mulai dari pinggiran.
Sesuai bahasa politik, asas tepi, pinggir maupun marjinal, layak diterapkan
pada wilayah batas administratif. Bentuk lain dari daerah kurang beruntung.
Kaum marjinal sebagai kelompok masyarakat pra-sejahtera, berada di
lingkungan perkotaan maupun pedesaan. Di perkotaan, mereka mempertahankan kelanjutan
hidupnya dengan menjadi pemulung, pengemis, gelandangan, atau buruh kasar. Di
pedesaan, mereka biasanya adalah golongan petani miskin atau buruh tani, nelayan,
peladang atau pekerja kebun. Biasanya menghuni atau tinggal di daerah
terpencil, sulit dijangkau, atau minim infrastruktur.
Meningkatnya ketersediaan akses lingkungan dan sistem sosial yang inklusif
bagi penyandang disabilitas, lansia, dan kelompok masyarakat marjinal pada
setiap aspek penghidupan;
Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang memiliki sistem layanan sosial
terpadu dan regulasi untuk pengembangan akses lingkungan inklusif bagi
penyandang disabilitas, lansia, dan kelompok masyarakat marjinal;
Meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang memiliki regulasi untuk
pengembangan akses lingkungan inklusif bagi penyandang disabilitas, lansia, dan
kelompok masyarakat marjinal;
Gonjang-ganjing politik memperjelas mana yang hak dan mana yang batil. Rangkaian
doa rakyat sepanjang waktu, beriringan dengan pelaksanaan sholat fardhu 5
waktu. Indonesia kalis dan tetap eksis. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar