komplikasi bencana, olok-olok politik vs doa rakyat
Tahun politik menjadikan setan kerja ringan. Tapi tak kurang bingung binti
linglung. Memikirkan daya serap manusia politik. Sedikit diberi hasutan, langsung
dicerna dan dikembangbiakkan. Langsung bertindak cepat. Ini terjadi pada
generasi ujung jari. Seperti anak kecil diberi mainan. Langsung pasang tanduk,
nyali berlipat. Sigap seruduk melibas lawan politik.
Mainan bernama media sosial dengan aneka platform. Bebas konten bergambar
maupun bertulis apa saja. Tak perlu mikir apalagi sensor hati nurani. Antara produk
yang dikeluarkan berupa kentut dan ucap mulut sama saja.
Setan paling bingung ketika banyak aneka kejadian yang dilakukan penguasa,
bukan karena bisikannnya. Antar koalisi partai setan melakukan rapat dengar
pendapat, agenda utama saling salah-menyalahkan. Malah terbukti semua ulah
manusia – penista agama, anomali tahun politik 2019, propaganda kebohongan
sejujur-jujurnya vs provokasi kejujuran dibohongi hidup-hidup sampai olok-olok
politik, awal bobrok dan borok moral bangsa – memang asli kinerja, krida
manusia Nusantara.
Secara individu maupun berjamaah di surau, di langgar, di musholla atau
pelataran. Doa rakyat dalam hati maupun yang terucap santun, lirih. Tanpa
alamat. Tak ada ‘atas petunjuk bapak presiden’. Ditujukan kepada untuk kaum bangsa.
Agar negara selamat dari angkara. Jauh bebas dari watak durjana penguasa.
Merdeka dan mandiri hingga urusan dapur. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar