Halaman

Selasa, 29 Januari 2019

rakyat potensi bangsa, bukan modal raih kursi


rakyat potensi bangsa, bukan modal raih kursi

Mungkin, karena kata, lema ‘rakyat’ tertera, tercantum, tersebut di sila keempat dan sila kelima Pancasila. Maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Cuplikan preambule UUD NRI 1945.

Wajar jika anak bangsa pribumi membayangkan sosok rakyat identik dengan wong desa.

Rakyat sebagai kekuatan pendukung usaha pertanahan dan keamanan negara, diterakan pada UUD NRI 1945.

Jadi, kalau MPR dan atau DPR tidak ada ‘R’ tak ada arti. Tak akan hidup. Bukan berarti tak  ada manfaat. Perwujudan utuh dari sila keempat Pancasila. Tak layak diulas, sudah jelas.

Secara nasional, Pemerintah Indonesia (2013) sudah, telah melakukan aktivitas pemantauan dan pemetaan konflik secara rutin di semua provinsi lewat program yang dinamakan Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK). Program ini dihadirkan bekerjasama dengan World Bank, dengan tujuan untuk memantau tingkat konflik dan kekerasan yang terjadi di semua wilayah, sehingga dari hasil pemantauan itu, Pemerintah dapat mengambil kebijakan preventif untuk meminimalisir, mengantisipasi dan mengelola potensi konflik tersebut di masyarakat.

SNPK ini adalah langkah keterbukaan Pemerintah dalam memberikan informasi yang akurat, sistematis dan rinci tentang konflik kekerasan di Indonesia. Pola pemantauan kekerasan ini dilakukan melalui analisis pemberitaan media. Caranya, semua pemberitaan media terkait konflik dan kekerasan dimasukkan dalam data entry berdasarkan wilayah dan jenis kekerasan. Pada waktu tertentu, data ini diteliti dan dianalisis untuk memahami pola dan tren kekerasan yang terjadi.

Kemajuan TIK membuat peradaban berkemajuan malah melaju tak terkendali, melesat tak terkontrol. Akhirnya media masa menjadi katalisator konflik. Menjadi biang, sumber konflik. Khususnya media yang dikelola pengusaha yang sekaligus aktivis sebuah partai politik. Bahkan, menjadi bagian sentral penyelenggara negara.

Pengalaman pihak terkait, kalau cuma mencermati pengkabaran media tidak cukup akurat. Kendati diperkuat dengan investigasi menjurus,  wawancara mendalam, dialog santai, interaksi aktif bahasa gaul dengan sejumlah aktor konflik. Gaya sidik seperti ini akan melihat jelas kecenderungan, tren atau fakta dan fenomena kekerasan yang terjadi di lapangan.

Skenario konflik efek biaya politik biasanya akan berlanjut ke beberapa periode. Khususnya jika penguasa minat maju ke periode kedua. Menyimak tren kekerasan atau konflik politik secara sistematis 24 yang lalu. Menjadi masukan tentang metode proaktif, mitigasi bencana politik 24 jam yad. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar