Halaman

Kamis, 31 Januari 2019

Indonesia tak segitu-gitunya


Indonesia tak segitu-gitunya

Betapa ongkos perkara pilpres. Betapa biaya politik, nilai tukar presiden, nilai jual. Mungkin terfantastis di antara anggota ASEAN. Betapa bencana politik menjadi daya tarik. Faktor sengaja, terencana bahkan berkomplotan menjadi penentu.

Daya juang paslon melebihi heroisme, nasionalisme, rasa aku cinta Indonesia peolahraga yang mempertahankan prestasi, peringkat, khususnya predikat juara umum dan atau jawara bertahan. Pengalaman Jabatan yang sama, skenario apa pun, di atas kertas bak siap dilantik ulang.

Walhasil, perang tanding antar dua kubu. Dirinci bak bebas tarung. Tak pakai kode etik. Tak pandang warna bulu jenis kelamin. Bebas BB, usia, pendidikan, profesi, gelar akademis, domisili maupun sertifikat pancasilais sejati.

Di lapangan maupun di ajang laga medsos, antar generasi dibenturkan demi raih suara.

Peribahasa “harimaumu, moncongmu”. Menjadi perlambang adanya praktik masif moncong putih berbih-buih kian memérahkan Sang Merah-Putih. Menu politik ‘nasakom’ warisan Orde Lama, dilestarikan oleh anak cucu ideologis.

Akhirnya nilai luhur demokrasi Nusantara tercabut dari akarnya. Menggantung bebas dan tergantung pada kebijakan partai. Khususnya parpol perpanjangan tangan pihak yang merasa. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar