gagap politik, gatal mulut vs gatal tangan
Éféktivitas, kemanfaatan sistem
demokrasi Nusantara. Praktiknya membuat pemenang pesta demokrasi menguasai
mayoritas kursi. Beban ganda penguasa selain éfék domino biaya politik, wajib
patuh dan taat kepada kebijakan partai pengusungnya. Tak terkecuali sampai
tingkat petugas partai.
Asumsi riwayat politik tidak bisa
untuk modal prediksi. Mata rantai menu Orde Baru: ‘nasakom’ terputus secara konstitusional.
Pihak penerus yakin bahwasanya sebagai anak cucu ideologis. Ideologi tak ada kapoknya.
Pandai-pandai menyesuaikan diri. Tersedia warna yang tidak beda jauh.
Ikut arus globalisasi, perdagangan
bebas dunia. Masyarakat politik antar bangsa. Dunia tanpa batas jarak dan bebas
beda waktu. Biaya politik di laga kandang, butuh dana asing. Peta politik dalam
negeri menjadi modal jual kapling tanah air ke investor politik.
Kompleksitas penyakit politik,
turunan, bawaan atau skenario perpanjangan tangan asing, kian merasuk. Hukum politik
jauh lebih berdaya ledak dibanding hukum rimba. Demi sebuah kursi, apalagi
periode, modus apapun menjadi konstitusional.
Debat politik menjadi ajang adu
otot. Media masa dan atau turunannya maupun media sosial dengan sukarela
sebagai pemodal yang tahu diri. Manusia politik klas kambing, papan bawah cukup
bangga dengan olok-olok politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar