Kisah Pantalon Pensiunan Ring-go
Menikmati proses perguliran waktu. Skala
harian maupun sesuai rencana perjalanan hidup. Hari ini lebih baik ketimbang
kemarin. Fluktuatif. Memperbaharui niat dan membulatkan tekad. Akhirnya masuk
tahapan bak hanya menunggu waktu.
Wajib berusaha, berupaya,
berikhtiar. Menjalankan peran sebagai hamba-Nya. Tidak berarti pasif. Perolehan,
raihan, hasil capaian menjadi bahan pertimbangan. Fokus di jalan lurus butuh ilmu,
potensi diri dan energi untuk segala medan dan cuaca.
Modal utama adalah ridho-Nya. Diimbangi
niat dan tekad kuat. Ikhlas hati, rela
diri saat menjalankan perintah-Nya secara total sekaligus menjauhi larangan-Nya
dengan kuat. Serta bersih dari ria,
serba merasa bisa dan dari sesuatu yang
merusakkan pahala.
Bersyukur, karena faktor U, akhirnya
memasuki etape pensiun. Cuma alih fungsi plus menggiatkan kegiatan yang
tertunda. Jam kerja menjadi 24 jam. Bisa lebih konsen dan fokus ke urusan “masa
depan” yang tak terbatas. Tanpa akhir di kampung akhirat.
Kesibukan rutin terkait jaga bugar
adalah jalan kaki cepat. Walau belum bisa masuk kategori jamaah lima waktu. Usahakan
subuh dan atau isya’ di masjid. Gairahkan kaki untuk melihat malaikat aplusan
dengan ashar di masjid. Imbangi kewajiban yang bolong dengan ibadah sunnah.
Makan menjadi teratur. Lebih
ditentukan ketahanan dan ketersediaan pangan keluarga. Tidur menyesuian
tuntutan internal tubuh.
Menjaga daya akal dengan menulis di
blogspot atau media lainnya. Aktif bertanya di majelis ilmu. Agar ringan
tangan, agenda push-up tangan mengepal menjadi menu harian.
Soal busana. Lingkar perut terasa
menyusut. Bukan karena keroncongan. Efek postif jalan kaki cepat dan push-up
tangan mengepal. Terkadang celana tidur saya pakai saat subuhan di masjid. Celana
panjang atau pantalon tinggal habiskan stok. Soal warna tidak nyambung dengan baju,
klambi, hem. Abaikan.
Tak perlu beli kaos, bahkan
bertambah dari kaos sponsor. Hem batik malah bertambah, dari anak dan kerabat. Sepatu
zaman sekarang karena kejar model, malah tidak awet bahan. Sandal yang setia
menjalankan tugasnya, lebih sering ganti.
Karena setia dan mempertahankan
cadangan pantalon yang ada. Warna yang sama. Dipakai gantian. Akhirnya tinggal
dua. Gigi memang sudah ada yang mendahului kembali ke tanah. Tapi tidak tinggal
dua.
Mau tak mau, saat di rumah atau tak
ada jadwal penuhi undangan pernikahan. Saat tepat cuci busana. Menumpuk. Kaos seminggu
tak dicuci, stok masih banyak. Beda dengan pantalon. Pakai pola mencuci sendiri
sejak zaman dulu. Praktis. Bantuan mesing pengering.
Karena kebutuhan, pantalon yang
kering-kering basah langsung dipakai. Atau kalau sudah kering digantungan,
langsung dipakai lagi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar