Halaman

Jumat, 25 Januari 2019

Kisah Pantalon Pensiunan Ring-go


Kisah Pantalon Pensiunan Ring-go

Menikmati proses perguliran waktu. Skala harian maupun sesuai rencana perjalanan hidup. Hari ini lebih baik ketimbang kemarin. Fluktuatif. Memperbaharui niat dan membulatkan tekad. Akhirnya masuk tahapan bak hanya menunggu waktu.

Wajib berusaha, berupaya, berikhtiar. Menjalankan peran sebagai hamba-Nya. Tidak berarti pasif. Perolehan, raihan, hasil capaian menjadi bahan pertimbangan. Fokus di jalan lurus butuh ilmu, potensi diri dan energi untuk segala medan dan cuaca.

Modal utama adalah ridho-Nya. Diimbangi niat dan tekad kuat.  Ikhlas hati, rela diri saat menjalankan perintah-Nya secara total sekaligus menjauhi larangan-Nya dengan kuat.  Serta bersih dari ria, serba merasa bisa  dan dari sesuatu yang merusakkan pahala.

Bersyukur, karena faktor U, akhirnya memasuki etape pensiun. Cuma alih fungsi plus menggiatkan kegiatan yang tertunda. Jam kerja menjadi 24 jam. Bisa lebih konsen dan fokus ke urusan “masa depan” yang tak terbatas. Tanpa akhir di kampung akhirat.

Kesibukan rutin terkait jaga bugar adalah jalan kaki cepat. Walau belum bisa masuk kategori jamaah lima waktu. Usahakan subuh dan atau isya’ di masjid. Gairahkan kaki untuk melihat malaikat aplusan dengan ashar di masjid. Imbangi kewajiban yang bolong dengan ibadah sunnah.

Makan menjadi teratur. Lebih ditentukan ketahanan dan ketersediaan pangan keluarga. Tidur menyesuian tuntutan internal tubuh.

Menjaga daya akal dengan menulis di blogspot atau media lainnya. Aktif bertanya di majelis ilmu. Agar ringan tangan, agenda push-up tangan mengepal menjadi menu harian.

Soal busana. Lingkar perut terasa menyusut. Bukan karena keroncongan. Efek postif jalan kaki cepat dan push-up tangan mengepal. Terkadang celana tidur saya pakai saat subuhan di masjid. Celana panjang atau pantalon tinggal habiskan stok. Soal warna tidak nyambung dengan baju, klambi, hem. Abaikan.

Tak perlu beli kaos, bahkan bertambah dari kaos sponsor. Hem batik malah bertambah, dari anak dan kerabat. Sepatu zaman sekarang karena kejar model, malah tidak awet bahan. Sandal yang setia menjalankan tugasnya, lebih sering ganti.

Karena setia dan mempertahankan cadangan pantalon yang ada. Warna yang sama. Dipakai gantian. Akhirnya tinggal dua. Gigi memang sudah ada yang mendahului kembali ke tanah. Tapi tidak tinggal dua.

Mau tak mau, saat di rumah atau tak ada jadwal penuhi undangan pernikahan. Saat tepat cuci busana. Menumpuk. Kaos seminggu tak dicuci, stok masih banyak. Beda dengan pantalon. Pakai pola mencuci sendiri sejak zaman dulu. Praktis. Bantuan mesing pengering.

Karena kebutuhan, pantalon yang kering-kering basah langsung dipakai. Atau kalau sudah kering digantungan, langsung dipakai lagi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar