malu miskin, fakta bicara vs data tanpa kata
Semboyan generasi bebas hambatan: “biar miskin yang penting sombong”.
Miskin, melarat, kesrakat, sengsara,
atau wong susah, kaum papa dan sebutan semaksud lainnya. Bahasa formal
pembangunan nasional diperhalus menjadi manusia dan atau orang yang kurang
beruntung.
Masih ingatkah kawan dengan
formulasi pendidikan nasional. Rumusan hubungan antara kemampuan kecerdasan
anak didik, peserta didik dengan daya bayar, swadaya keluarga.
Pertama. Daya cerdas anak didik di
atas rata-rata. Keluarga mengandung unsur miskin. Program beasiswa atau pola
lain tersedia.
Kedua. Daya cerdas anak di bawah
rata-rata. Daya bayar keluarga jauh di atas rata-rata. Masih ada pola didik dan
ajar yang sesuai.
Ketiga. Bukan kombinasi. Daya cerdas
anak di bawah rata-rata. Daya bayar keluarga jauh di bawah rata-rata. Ayo,
tolong cari solusi tepat guna.
Berita lain. Masih terkait dengan
derita anak bangsa. Simak humor politik, dagelan politik, lelucon politik,
banyolan politik. Dikisahkan dengan selera ironis binti miris.
Singkat kata. Syarat ikut pemilu serentak,
pilkada, serentak. Tidak seketat seleksi ikut tes pengadaan pegawai atau CPNS. Kebijakan
partai sebagai penentu bakal calon. Diutamakan yang sudah jelas kadar
loyalitas. Masih kurang. Anak cucu ideologis menjadi penentu utama. Kontribusi terstruktur,
terukur, semisal dana atau menjadi ATM partai.
Agar tampak ilmiah, saya otak-atik
pasal 121. ayat (2) berikut penjelasannya pada UU 17/2014 tentang MD3. Menjadi,
dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan
prinsip musyawarah untuk mufakat. Usulan fraksi memperhatikan syarat-syarat
senioritas dan integritas dari keanggotaan fraksi yang bersangkutan.
Ganti adegan.
Pemerintah mempunyai detasemen
khusus antimiskin. Badan penanggulangan orang miskin di tempat. Satgas antimafia
serba miskin. Program/kegiatan RPJMN jelas berantas mata rantai kemiskinan
sejak dini. Mulai dari hulu sampai hilir.
Daya belanja masyarakat kurang
beruntung. Karena tuntutan perut, saya belanja 3 lt beras merah dan 1 lt beras
pera. Usai beli, tunggu kembalian. Datanglah seorang ibu rumga dengan busana
khas. Tanpa pembuka kata. Ybs cuma beli 1 lt beras sambil tunjuk ember beras.
Ternyata, beras yang dibelinya adalah harga yang paling murah. Bisa-bisa, pagi
itu, beliau beli beras langsung ditanak untuk satu keluarga.
Akankah ibu rumga tadi terbiasa
hidup pas-pasan, sebutan untuk penduduk miskin. Pas butuh beras, langsung
belanja.
Jadi, siapa takut atau berani
miskin. Takut msikin, jangan jadi wakil rakyat. Tutup buku éra mégatéga, gigihnya
rakyat miskin vs ganasnya penguasa kaya. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar