Halaman

Kamis, 17 Januari 2019

éfék rumah kaca politik Nusantara, EQ kawanan pendérék penguasa kian jongkok


éfék rumah kaca politik Nusantara, EQ kawanan pendérék penguasa kian jongkok

Peluang berkemajuan ada dimana-mana. Pasal barang bekas berkualitas, bukan satu-satunya bukti otentik. Tumpukan kesempatan malah menjadi pengisi tempat penampungan sampah sementara.

Periode demi periode, akhirnya politik daur ulang menjadi primadona. Menjadi dasar modus pengguna jalan pintas, budaya instan. Dioplos dengan barang bekas impor, politik Nusantara gampang berdengung. Sentuhan ringan dari akar rumput, langsung menyalak bersahutan.

Daya politik manusia politik sesuai atau akhirnya melahirkan politik prostitusi daring. Atau prostitusi politik daring. Sedemikiannya nasib politik yang bertahan hidup di Nusantara. Kian dioplos, merahnya Sang Merah-Putih kian kentara membara. Demi raih jawara laga kandang, transfer petugas partai dari tetangga sebelah.

Salah kawan. Daripada jauh-jauh menuntut imu sampai negeri Cina. Datangkan saja guru, suhu dari negara yang paling bersahabat itu. Tidak mau ditampung di pulau terkecil. Pemerintah ikhlas diri, rela hati bangun perluasan daratan atau membuat daratan baru dilepas pantai.

Akhirnya dan tak akan ada akhirnya. Udara bebas di wilayah angkasa Nusantara  terkontaminasi, tercemar olok-olok politik. Ironis binti miris, peolok-olok politik semakin cerdas akademis, IQ di atas rata-rata, kian ber-EQ jongkok. Jangan salahkan kalau mereka adalah kawanan pendérék penguasa, loyalis total kopral. Sigap menistakan diri demi menjaga wibawa juragan di mata global.  [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar