éfék rumah kaca politik Nusantara, EQ kawanan pendérék penguasa kian
jongkok
Peluang berkemajuan ada dimana-mana. Pasal barang bekas berkualitas, bukan
satu-satunya bukti otentik. Tumpukan kesempatan malah menjadi pengisi tempat penampungan
sampah sementara.
Periode demi periode, akhirnya politik daur ulang menjadi primadona. Menjadi
dasar modus pengguna jalan pintas, budaya instan. Dioplos dengan barang bekas
impor, politik Nusantara gampang berdengung. Sentuhan ringan dari akar rumput,
langsung menyalak bersahutan.
Daya politik manusia politik sesuai atau akhirnya melahirkan politik
prostitusi daring. Atau prostitusi politik daring. Sedemikiannya nasib politik
yang bertahan hidup di Nusantara. Kian dioplos, merahnya Sang Merah-Putih kian
kentara membara. Demi raih jawara laga kandang, transfer petugas partai dari
tetangga sebelah.
Salah kawan. Daripada jauh-jauh menuntut imu sampai negeri Cina. Datangkan saja
guru, suhu dari negara yang paling bersahabat itu. Tidak mau ditampung di pulau
terkecil. Pemerintah ikhlas diri, rela hati bangun perluasan daratan atau
membuat daratan baru dilepas pantai.
Akhirnya dan tak akan ada akhirnya. Udara bebas di wilayah angkasa
Nusantara terkontaminasi, tercemar
olok-olok politik. Ironis binti miris, peolok-olok politik semakin cerdas
akademis, IQ di atas rata-rata, kian ber-EQ jongkok. Jangan salahkan kalau
mereka adalah kawanan pendérék penguasa, loyalis total kopral. Sigap menistakan
diri demi menjaga wibawa juragan di mata global. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar