Halaman

Minggu, 27 Januari 2019

gagap bumi, usaha hidup vs saham mati


gagap bumi, usaha hidup vs saham mati

Bukan rancu. Laju zaman yang tak diimbangi ilmu agama. Semboyan ‘berani mati’ lapuk oleh proses sejarah. “Lebih baik berkalang tanah ketimbang berputih mata”, peribahasa sarat petuah. Bukan pilihan, antara  susah hidup atau takut mati.

Karena melanggar larangan Allah swt, manusia pertama dengan derajat nabi dan sang isteri, dibuang ke bumi. Iblis bersorak girang bukan kepalang. Akhirnya, antara manusia dan jin berkoalisi sekaligus berseteru mengabdi kepada-Nya.

Nyata suratan maupun siratan bahwasanya sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).

Rasa malu diri sudah bukan menjadi faktor pertimbangan dalam melakoni kehidupan. Ingat petuah “yèn isin malah ora isi”.

Persaingan hidup di dunia, secara sadar manusia memakai nilai sombong. Kain sombong kian diperhitungkan eksistensinya. Bahasa tubuh tak bisa membohong diri sendiri bahwa dia sadar sombong. Diperkuat dengan bahasa tutur yang pura-pura cerdas.

Ada semboyan malu-malu mau. Mulanya malu-malu, lama-kelamaan menjadi malu-maluin. Tak tahu malu, belum berakhir di sini saja. Bahkan berbuat yang memalukan, namun konstitusional, malah sebagai pasal kebanggaan.

Tindak pidana korupsi berjamaah sampai mengembangbiakkan dosa politik jariyah. Babak alhir periode 2014-2019 banyak pihak siap bela juragan. Asal jangan sampai kantong melompong. Ramuan ajaib revolusi mental menghadirkan rasa sombong di atas standar UNICEF. Merasa jam terbang taka da yang menyamai. Sigap libas anak bangsa yang tak sealiran, sehaluan. [HaéN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar