Halaman

Senin, 28 Januari 2019

Berharap Aksi Koreksi Generasi Emas Nusantara


Berharap Aksi Koreksi Generasi Emas Nusantara

Batasan pertama, adalah generasi pemilih pemula 2019 yang bisa menikmati tahun 2045 dan tetap berkibar. Batasan kedua, adalah anak bangsa pribumi Nusantara yang lahir pasca 100 tahun Indonesia Merdeka.

Ketetapan Allah swt tidak hanya untuk umat manusia. Tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) untuk semua ciptaan-Nya.

Allah swt menciptakan orang untuk menjadi khalifah di muka bumi. Manusia merasa punya hak untuk berbuat sesuka hati, suka-suka sesuai tuntunan akalnya. Sinyalemen para malaikat bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah.

Manusia makhluk terbaik yang diciptakan Allah swt.  Memiliki seperangkat komplit potensi daya akal. Serta mempunyai kesediaan untuk baik dan untuk buruk.  Manusia khalifah Allah di muka bumi, pada dasarnya bukan makhkuk bumi. Semasa mejalani hidup di muka bumi diuji untuk kembali. Binasanya suatu kaum akibat perbuatan mereka sendiri. tiap-tiap bangsa mempunyai masa jaya dan masa kehancuran.

Manusia kian berakal, kian dengan sadar diri, yakin diri lebih memilih untuk  mengikuti hawa nafsu.  Tidak sadar bahwa ikhwal ini akan menyesatkan diri dari jalan Allah swt.

Orang, kaum, bangsa kafir selalu membuat rencana jahat dan dilaksanakan secara masif, sistematis, menerus untuk mematahkan kebenaran Islam. diiringi usaha menegakkan kebathilan. Mereka tidak menyadari bahwa makar (rencana jahat) mereka selalu digagalkan oleh Allah swt.

 Percepatan daya akal anak bangsa pribumi melesat meninggalkan diri sendiri. Bukan berarti mampu berpikir menembus waktu atau melampaui zamannya.

Olahkata saya ini bersifat umum religi. Fokus juga tidak, apalagi tendensius. Kita simak ayat suci [QS Al Hujuraat (49) : 12]: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Praktik demokrasi sampai ambang bawah di periode 2014-2019. Olok-olok politik atau gibah politik menjadi menu utama, menu harian, menu hafalan kawanan pendérék penguasa, loyalis total kopral.

Bersyukur, gerakan aksi bela negara. Bentuk nyata dari sisi lain menghindarkan bangsa dari terseret arus global. Abaikan jika éfék domino révolusi mental hanya memperpanjangan episode Buaya vs Cicak.

Jadi, masih banyak orang baik yang bertindak bijak. Masih banyak rakyat tanpa wakil yang suka cita berbudi luhur. [HaéN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar