Halaman

Rabu, 27 Juni 2018

meluruskan yang bengkok vs membenarkan yang salah


meluruskan yang bengkok vs membenarkan yang salah

Aroma irama politik Nusantara bergerak bebas sampai pasar tradisional, Menjungkirbalikkan norma kehidupan di masyarakat. Dalih tradisi masyarakat lokal, miras oplosan yang acap minta korban, tetap bercokol dengan tenang.

Banjir akibat air hujan tak terserap bumi. Mengalami seleksi ketat untuk bisa masuk ke dalam lapisan bumi. Permukaan bumi yang sudah ditangani manusia, menjadi kedap air. Luas tanah rumah tinggal yang tersisa, semakin anti-air, agar tak becek.

Drainase kota, got sampai selokan, walau tetap ada di tempat namun tak berjalan sebagaimana rencana besar kepala daerah.

RTH utawa ruang terbuka hijau dimaknai jangan sampai pepohonan, hutan menutupi bumi. Sehingga perlu dibuka secara menerus. Hutan yang hijau perlu dibuka. Agar sinar matahari bisa menyapa hangat lapisan bumi.

Manajemen politik bukannya salah urusa atau salah konsep atau salah orang. GHBN diubah menjadi RPJMN. Tetap ada proyek abadi.

Ketika benar, baik, dan betul tergantung jumlah. Apa arti suara rakyat. Walau mayoritas namun kalah jumlah Rupiah, tetap kalah.

Persoalan bangsa dan negara nyaris tak akan berkesudahan. Efek domino dari daur ulang sejarah. Ingat judul ‘asu mbalèni piringé vs panguwasa mbélani kursiné’. Artinya, kawanan parpolis tidak ikhlas dengan jejak masa lampaunya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar