meluruskan yang bengkok vs membenarkan yang salah
Aroma irama politik Nusantara
bergerak bebas sampai pasar tradisional, Menjungkirbalikkan norma kehidupan di
masyarakat. Dalih tradisi masyarakat lokal, miras oplosan yang acap minta
korban, tetap bercokol dengan tenang.
Banjir akibat air hujan
tak terserap bumi. Mengalami seleksi ketat untuk bisa masuk ke dalam lapisan
bumi. Permukaan bumi yang sudah ditangani manusia, menjadi kedap air. Luas tanah
rumah tinggal yang tersisa, semakin anti-air, agar tak becek.
Drainase kota, got
sampai selokan, walau tetap ada di tempat namun tak berjalan sebagaimana
rencana besar kepala daerah.
RTH utawa ruang terbuka
hijau dimaknai jangan sampai pepohonan, hutan menutupi bumi. Sehingga perlu
dibuka secara menerus. Hutan yang hijau perlu dibuka. Agar sinar matahari bisa menyapa
hangat lapisan bumi.
Manajemen politik
bukannya salah urusa atau salah konsep atau salah orang. GHBN diubah menjadi
RPJMN. Tetap ada proyek abadi.
Ketika benar, baik, dan
betul tergantung jumlah. Apa arti suara rakyat. Walau mayoritas namun kalah
jumlah Rupiah, tetap kalah.
Persoalan bangsa dan
negara nyaris tak akan berkesudahan. Efek domino dari daur ulang sejarah. Ingat judul
‘asu
mbalèni piringé vs panguwasa mbélani kursiné’. Artinya, kawanan parpolis tidak ikhlas dengan jejak masa lampaunya. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar