Serial pe-jin pasif. Tersandera Halusinasi vs Tergadai Imajinasi
Manusia tetap manusia,
walau sarat dengan ilmu pengetahuan. Justru yang macam ini, bisa berbanding
terbalik dengan kadar religi. Melihat kejadian perkara dunia dengan kacamata: daya
pikir, olah akal, tata logika serta pola nalar.
Efek domino penyuka
acara, aktraksi, adegan di media sosial, tak sengaja menemukan dunia lain. Tanpa
batas waktu, ruang dan jarak. Menjadi pengganda, peng-copas ujaran orang lain. Bukan
mengandalkan bakat diri.
Pembaca yang masih sibuk
di tempatnya,
Agar tetap di lajurnya. Tak
terkontaminasi klakson penyalip. Maraknya oknum pengguna aktif sétan-gèpèng merasa ahli menyelesaikan perkara besar dunia. Dengan tak
sadar malah mencari dan mengaktifkan perkara lain, di dunia lain tersebut di
atas. Sisi gelap berkomunikasi, berkolaborasi, berkoalisi dengan jajaran makhluk
asing (iblis, sétan, jin) merasa wibawa diri terdongkrak habis.
Agar tak rancu, apa itu ‘halusinasi’
dan ‘imajinasi’. Lepas dari KBBI. Praktisnya, simak kamus politik. Akhiran lema
‘nasi’, dikira terkait secara
politis dengan kemandirian dan ketahanan pangan Nusantara.
Lagi-lagi, jangan-jangan
ada komponen makhluk asing yang impor. Sengaja didatangkan dari luar negeri
secara konstitusional untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Memenuhi kepentingan
pihak yang paling berkepentingan.
Akhirnya, hidup ini
bukan bak air mengalir. Tapi, lebih seperti bak asap, udara, hawa beredar. Yang
mana, dimana gaya tarik bumi tak berlaku. Tembus pandang tanpa perlu bercermin.
Modus ini sudah
disinyalir dan tersurat sejak. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar