prihatiné wong Jawa ngluwihi sholat, tirakaté wong Jawa ngungkuli
sholat
Niat dan cita-cita
tetangga mengadakan syukuran, tidak sesederhana acaranya. Tetangga berdatangan.
Tuan rumah yang juga sesepuh warga, mempunyai hajat. Kalau tidak kurang ingat,
sudah puluhan tahun pensiun, masih bugar. Isteri dan anak cucunya masih setia,
betah menemaninya.
Rumah beliau di pojok
dekat lapangan. Bebas menjadi tujuan kunjungan tak sengaja. Apalagi kalau
beliau sedang duduk santai di kursi teras. Menyapa pejalan kaki. Sibuknya termasuk
melayani pembeli di warung isterinya. Teman bincang hariannya tukang ojek.
Koq jadi seperti
melantur. Kembali ke sesuai judul.
Acara syukuran diadakan
bakda ashar, hari libur. Mengingat kebanyakan tetangga sudah pensiun. Kuatir kalau
bakda isya’, penggemar sedikit. Jam istirahat manula, lansia atau sebutan lain
saat itu.
Ustadz hanya beberkan
maksud dan tujuan utama syukuran. Usai acara, karena maghrib masih lama. Beberapa
undangan ngobrol santai, habiskan hidangan yang melimpah. Maklum, tuan rumah
pensiunan pejabat Pertamina.
Mengingat saya masuk
jajaran tua tapi belum usia lanjut, duduk manis Menjadi pendengar bijak. Hanya urun
senyum. Ada beberapa kelompok.
Tuan rumah tak mau
kalah. Asyik bincang dengan ustadz. Karena dekat dengan kelompok saya. Bukannya
menguping. Suara tuan rumah yang masih terasa suara pejabat. Bertutur santai
tapi berisi.
Cerita tentang ayahnya,
jelas jauh lebih tua. Tuan rumah bersyukur dengan statusnya. Tetapi tidak bisa
bersyukur melihat status ayahnya. Keluguan ayahnya, karena lebih terpaku dengan
budaya, adat, tradisi kejawèn.
Artinya, syariat islam
dijalankannya sesuai caranya sendiri. Didominasi kejawènannya. Bukan berarti
masih menggugu animisme dan dinamisme. Atau masih lekat dengan atribut penanda
jati diri wong Jawa seutuhnya.
Ayahnya kalau diajak
sholat, konsisten dengan jawaban sekaligus alasannya. Sesuai judul. Sang ustadz
memberi masukan, bagaimana tindak bijak dan santun sebagai anak. Soal hidayah,
itu urusan dan hak Allah swt.
Rasanya, di éra mégatéga
ini, pasal kejawèn masih beredar resmi. Terlebih dan apalagi sosok. Kita jaga
diri tetap di jalur dan lajur akidah. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar